Rusia Lancarkan Teror Robocall Terhadap Tentara NATO
Cyberthreat.id- Rusia dituduh di balik aksi pelecehan melalui paggilan telepon anonim yang ditujukan kepada tentara North Atlantic Treaty Organization (NATO) dan keluarga.
Insiden tersebut bermula dari keluhan tentara NATO yang ditempatkan di negara Baltik (Atlantik Utara) yang mengeluh bahwa mereka dan keluarga mereka menjadi korban troll Internet yang tidak dikenal dan menerima panggilan anonim yang menakutkan.
Insiden terakhir seperti itu terjadi dengan tentara Denmark pada akhir Oktober 2019. Komando Nato meyakini bahwa Rusia berada di balik serangan. Sehingga, NATO sedang bersiap untuk mengalokasikan tambahan jutaan euro untuk perang informasi.
Batalyon Internasional NATO yang berbasis di Estonia dipimpin oleh Inggris. Para prajurit mengatakan bahwa sejak 2017, ketika mereka dipindahkan ke negara-negara Baltik mereka menerima pesan yang tidak menyenangkan dari orang tak dikenal melalui Facebook dan Twitter, serta pada nomor telepon pribadi.
Dikutip dari E Hacking News, Selasa, (5 November 2019), Komando NATO percaya bahwa bot Rusia yang mengendalikan para prajurit.
Pada saat yang sama, pimpinan Aliansi khawatir bahwa agen Rusia dipersenjatai dengan perangkat khusus dengan antena portabel yang memungkinkan peretasan ponsel personil militer untuk mengakses informasi yang terkandung di dalamnya.
Perwira Amerika juga percaya bahwa ketika mereka berada di Estonia, seseorang melacak lokasi geografis mereka di smartphone mereka.
Tak hanya itu, seorang pilot dari Belanda mengeluh bahwa selama pekerjaan mereka di Amerika Baltik, istri dan pacar mereka menerima panggilan anonim dengan pertanyaan provokatif, misalnya, Apakah Anda tahu apa yang suami Anda lakukan di sini? atau Mungkin dia harus pergi?.
Orang Amerika cenderung menyalahkan layanan khusus Rusia untuk intrik semacam itu. Belanda juga tidak ragu bahwa itu adalah Rusia.
"Kasus ini serius, karena menyangkut keluarga, dan, di samping itu, karena penelepon umumnya tahu keluarga mereka," kata pihak militer.
Menteri Pertahanan Denmark Trine Brahmsen menyebut kasus ini adalah pelanggaran sinis terhadap semua perjanjian untuk melindungi warga sipil, wanita dan anak-anak.
Menurut pakar Rusia Flemming Splidsboel Hansen, yang mengumpulkan informasi tentang tentara dan keluarga mereka adalah bagian dari perang modern, yang harus disiapkan pertahanannya.