Turki Waspada Cyber Attack

Ilustrasi

Cyberthreat.id - Serangan siber (cyber attack) yang melanda koneksi internet Turki pekan lalu membuat negara tersebut mulai waspada tingkat tinggi. Yusuf Kirac, Deputi Direktur Teknologi Turk Telekom, menyatakan sejumlah institusi mendapat serangan sebagaimana yang pernah dihadapi oleh negara-negara besar.

"Turki punya pertahanan yang kuat menghadapi cyber attack," kata Kirac dilnsir Daily Sabah, Senin (28 Oktober 2019).

Layanan finansial Garanti BBVA mengumumkan kepada pelanggannya telah mendapati serangan DDoS terhadap layanan digitalnya. Salah satu layanan yang diserang adalah pinjam-meminjam online yang seolah sibuk menghadapi pelanggan akibat banyak mengakses. Padahal semua itu tipuan.

"Tidak ada risiko terhadap privasi konsumen kami. Semua data dan keamanan informasi finansial aman," demikian keterangan pers Garanti BBVA, Selasa (29 Oktober 2019).

Media Turki melaporkan skala serangan DDoS mencapai 100 Gigabyte perdetik. Serangan itu dianggap masih relatif kecil namun diduga mayoritas serangan berasal dari empat negara yakni Amerika Serikat (AS, Rusia, Kanada dan China.

Tahun lalu, sekelompok hacker Korea Utara menyerang institusi finansial Turki dengan serangan Malware. Tahun 2015 Turki pernah mengumumkan sebanyak 400 ribu website yang terdaftar atas nama domain Turki yakni .tr mengalami serangan DDoS selama dua pekan. Sejak itu cybersecurity awareness terus meningkat.

Kini, Pemerintah Turki telah menyadari bahwa ancaman siber benar-benar nyata menyerang kekuatan ekonomi di berbagai sektor. Mulai dari Perbankan, lembaga keuangan, sektor energi dan infrastruktur telekomunikasi hingga layanan publik, semua berada di bawah ancaman.

Kolaborasi, SDM dan Teknologi

PILOT, program akselerasi Turk Telekom, adalah platform terbuka yang diperintahkan untuk berkolaborasi dengan startup-startup terkait cybersecurity. Turk Telekom menatap cybersecurity sebagai perjuangan yang kesinambungan, sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas tinggi, dan akumulasi teknologi tinggi.

"Serangan cyber secara langsung telah mempengaruhi kehidupan sehari-hari karena internet adalah bagian dari hampir seluruh bidang kehidupan melalui berbagai saluran seperti 5G dan internet of things (IoT)," sebagaimana keterangan Turk Telekom dilansir Daily Sabah, Jumat (1 November 2019).

Cyber attack menjadi ancaman utama terhadap mesin POS (Point OS Sale Terminal) sehingga mesin tidak dapat dioperasikan sementara kecepatan dan kualitas layanan internet mulai menurun karena berbagai hal seperti DDoS dan Malware.

Picus Security, startup cybersecurity di Turki menyatakan niat untuk menjadi perusahaan cybersecurity kelas dunia. CEO Picus Security, Hamdi Alper Memis, mengatakan perusahaannya berniat menjadi pemain global. Selama ini perusahaan cybersecurity asal AS dan Israel mendominasi industri ini hingga ke Asia, Afrika dan Amerika Selatan.

"Kami akan melakukan ekspansi ke berbagai negara. Kami akan membawa inovasi sekaligus kolaborasi untuk menghadapi tantangan yang semakin rumit," ujar Hamdi.

Picus baru saja mendapat suntikan dana Seri A dari Early Birds sebesar 5 juta USD (Rp 79 miliar). Saat ini Picus sedang fokus di Inggris, Jerman, Italia dan Timur Tengah hingga membangun jaringan simulasi serangan siber ke AS.

Price Waterhouse Cooper (PwC) memasukkan Picus sebagai perusahaan cybersecurity paling inovatif. Mereka dinilai sebagai startup yang paling berpengaruh terhadap banyak perusahaan global dan Turki dalam hal cybersecurity.

Cyber Defense Magazine turut menempatkan Picus sebagai perusahaan cyberthreat paling inovatif tahun 2019. Pengusaha Turki turut merekomendasikan Picus yang dinilai banyak membantu Turki menghadapi cyber attack.