Startup Cybersecurity Namogoo Disuntik Modal US$ 40 Juta

Co-founder dan CEO Namogoo Chemi Katz (kiri) dan Co-founder dan CTO Namogoo Ohad Greenspan. | Foto: Namogoo

Jerusalem, Cyberthreat.id – Namogoo, perusahaan rintisan (startup) cybersecurity dan pemblokiran iklan asal Israel, mengumumkan baru saja mendapatkan pendanaan sebesar US$ 40 juta (setara Rp 562 miliar), Kamis (31 Oktober 2019).

Dengan pendanaan swasta yang dipimpin oleh Oak HC/FT tersebut, kini Namogoo telah menghimpun dana hingga US$ 69 juta (setara Rp 970 miliar).

Menurut laporan Reuters, dalam suntikan dana kali ini, investor lama yang ikut serta yaitu GreatPoint Ventures, Blumberg Capital, dan Hanaco Ventures.

Dana tersebut akan digunakan untuk memperluas penawaran platform Namogoo, mulai solusi keamanan privasi pelanggan hingga deteksi dan mitigasi risiko privasi baik berbasis situs web maupun aplikasi perusahaan.

Namogoo mengatakan, selama setahun terakhir basis pelanggannya telah tumbuh 150 persen, sedangkan platformnya digunakan oleh lebih dari 150 merek di lebih dari 38 negara.

Perusahaan ini memiliki lebih dari 100 karyawan di kantor-kantor di Israel, London, dan Boston. Namogoo juga berencana untuk menggandakan stafnya pada tahun 2020.

Namogoo dan malware iklan

Namogoo dalam bahasa Ibrani memiliki arti “faded away” atau “vanished” atau “disappeared”. Dalam bahasa Indonesia artinya menghilang.

Chemi Katz, Co-founder dan CEO Namogoo mengatakan, nama tersebut cocok untuk dipakai sebagai nama perusahaan keamanan siber. “Ini yang kami lakukan kepada malware digital,” ujar Katz seperti ditulis Forbes, 20 Februari 2019.

Sasaran Namogoo adalah malware digital atau seringkali disebut “customer journey highjacking” (pembajakan perjalanan pelanggan). Yang dilakukan Namogoo adalah mendeteksi dan memblokir produk serta iklan promosi yang tidak sah yang biasa disuntikkan dalam situs web; ini bertujuan mencegah pelanggan tidak lari ke situs web pesaing.

Barangkali kita sering melihat produk pesaing di halaman situs web yang sedang dijelajahi. Kadang kita berpikir bahwa iklan itu berasal dari riwayat situs web yang kita jelajahi. Padahal, itu bisa jadi secara sengaja disuntik malware oleh peretas.

"Anda bahkan tidak tahu siapa yang mempromosikan jenis produk yang berbeda, karena terlihat sangat alami tertanam di halaman," jelas Katz.

Menurut Katz, “pembajakan perjalanan pelanggan online” muncul sekitar 15-25 persen dari sesi belanja online. Ini akan berbeda selama musim liburan yang bisa mencapai 30 persen.

“Itu terjadi ketika malware secara tidak sengaja diinstal pada perangkat konsumen, menyebabkan iklan yang tidak diinginkan masuk ke dalam peramban (browser) mereka,” tutur Katz.

“Iklan-iklan itu seringkali tampak sah, seolah-olah peritel online mengizinkannya di situs tersebut. Di lain waktu, iklan tersebut menjadi gangguan yang mencolok pada perjalanan [kunjungan] pelanggan,” tulis Katz di Total Retail.

Katz mengatakan ruang lingkup masalah tersebut tumbuh "secara eksponensial" mempengaruhi segala jenis peritel online. Bahkan, gara-gara hal itu, Amazon.com  pernah mengajukan gugatan atas iklan jahat itu.

"Jika masalah ini dapat mengganggu bagi peritel online terbesar di dunia, tidak ada peritel yang aman dari peretasan perjalanan pelanggan online," kata dia.

Namogoo didirikan pada Agustus 2014. Klien Namogoo termasuk Office Depot, Dollar Shave Club, dan Las Vegas Review-Journal.

"Kami ingin bisnis dan konsumen memiliki penelusuran yang jelas dan aman," kata Katz.