Industri Cybersecurity Butuh Sentuhan Wanita

Alana Staszczyszyn (kiri) dan Lisa Kearney (kanan)

Cyberthreat.id - Pendiri Women CyberSecurity Society, Lisa Kearney, menyebut industri cybersecurity sangat membutuhkan banyak wanita untuk mengisi berbagai posisi strategis. Saat ini, kata dia, lowongan cybersecurity di dominasi oleh kaum pria sementara wanita seolah terpinggirkan.

Kearney adalah seorang veteran cybersecurity di Kanada. Ia bergelut dengan dunia keamanan siber selama 24 tahun dan menghadapi berbagai kasus serangan siber dan kebocoran data. Ia menyimpulkan solusi masa depan industri cybersecurity adalah; merekrut banyak wanita.

"Keamanan nasional dan ekonomi digital tergantung pada pertahanan cybersecurity yang kuat dan sebagian besar negara kurang memahami soal ini," Kearney dilansir CBC, Jumat (18 Oktober 2019).

Cybersecurity Ventures, perusahaan keamanan siber Amerika Serikat, menyebut 3,5 juta lowongan kerja pada tahun 2021 di bidang cyberscurity. Sebanyak 20 persen pekerjaan akan di isi oleh wanita meskipun kaum hawa harus menghadapi tantangan besar.

Kearney mengatakan sampai saat ini ia menemukan sedikit sekali wanita yang pernah bekerja sama dengan dirinya. Women CyberSecurity Society berupaya membantu wanita dan gadis yang tertarik di dunia cybersecurity. Terpenting adalah bagaimana wanita itu bertahan dengan pekerjaannya.

"Ada peluang besar bagi kaum wanita untuk dapat eksis dan memiliki karir yang sukses di bidang cybersecurity," ujarnya.

Menurut perkiraan Kearney, dari 100 persen pekerjaan di bidang cybersecurity yang ada di Kanada, sekitar 10 persen diisi oleh wanita. Menurut dia, salah satu penyebab utama adalah dunia cybersecurity cenderung dianggap dunia laki-laki "boys club'" sehingga wanita enggan masuk.

"Itu hanya persepsi saja. Paling umum adalah anda harus lulusan IT baru bisa dipakai. Padahal, tidak semua jenis pekerjaan cybersecurity berpusat pada pengkodean," kata Kearney.

Cybersecurity, kata dia, adalah pekerjaan yang membutuhkan kolaborasi. Ada beberapa pekerjaan misalnya terkait relasi cybersecurity dengan Pemerintah, manajemen klien dan sebagainya.

"Kebanyakan orang menganggap hanya mereka yang memiliki latar belakang pemrograman dapat bekerja di sektor ini."

Gaji Lumayan Besar

Wanita, kata Kearney, punya sifat dan karakter yang berharga di dalam dunia cybersecurity. 

"Wanita hebat dalam multitasking. Mereka adalah investigator hebat dan sangat memperhatikan hal-hal detail."

Alana Staszczyszyn (23 tahun) tidak menyangka akan bekerja di bidang cybersecurity. Awalnya, dia mengira akan menjadi musisi atau seniman. Faktanya, ia kini bekerja sebagai konsultan di Security Compass, sebuah perusahaan cybersecurity dan keamanan software.

Staszczyszyn lulus dari Sheridan College dan langsung mendapat gaji diatas 60 ribu USD pertahun atau diatas Rp 840 juta pertahun. Ia memulainya dengan pekerjaan magang saat mahasiswa. Dari situ skill-nya terus berkembang.

"Saat saya pertama kali bekerja, dari 60 karyawan hanya ada empat orang wanita. Dan semua kebiasaan dan kehidupan disana selalu tentang pria," ujarnya.

Apa yang membuat Staszczyszyn mampu bertahan dalam lingkungan tersebut? Ia mengatakan lembaga nirlaba seperti Girls Who Code dan The Diana Initiative sangat membantu.

Kedua lembaga itu mirip dengan Women CyberSecurity Society milik Kearney yang memantau, memberi support hingga menyalurkan talenta cyber sejak usia SMA atau kuliah semester awal.

"Saya ingin katakan wanita tidak boleh takut atau ragu-ragu karena setiap ruang di cybersecurity membutuhkan wanita."