Sebanyak 67 Persen Orangtua Kontrol Aktivitas Online Anak
Jakarta ,Cyberthreat.id- Kaspersky, perusahaan penyedia solusi kemanan siber, melakukan survei terkait kemanan online, terutama bagi pengguna anak-anak. Dari hasil survei tersebut, disebutkan sebanyak 67 persen orangtua setuju, bahwa anak-anak mereka harus dikontrol aktivitas online-nya.
Hal itu, demi memastikan kemanan anak-anak mereka, ketika sedang berselancar di internet, dan juga menghindari aksi yang disebut cyberbullying.
“Terdapat temuan menarik bahwa beberapa orangtua modern beranggapan bahwa menjaga keamanan saat berselancar di internet adalah tindakan yang efektif,” kata Marina Titova, Head of Consumer Product Marketing di Kaspersky melalui siaran pers, Senin, (14 Oktober 2019).
Namun, para orang tua juga didorong untuk lebih proaktif dalam mengetahui apa yang telah dilakukan anak-anak mereka secara online.
Hasil survei juga mengungkapkan, setengahnya (50 persen) orang tua, memeriksa secara manual perangkat anak-anak mereka, seperti meninjau riwayat pencarian browser setelah digunakan.
Tak hanya itu, beberapa orang tua juga menggunakan teknik digital grounding dengan melarang anak-anaknya menggunakan perangkat, jika mereka melakukan kesalahan. Setengah (52 persen) dari orang tua juga menetapkan batas waktu untuk anak-anak mereka menggunakan perangkat yang terhubung ke internet.
Selanjutnya, lebih dari sepertiga (35 persen) telah menginstal pemantauan orang tua (parental control) pada perangkat anak-anak mereka untuk membatasi dan memperketat penggunaan internet atau detil penelusuran lainnya.
Bahkan, hampir sepertiga (30 persen) orang tua menggunakan fasilitas pemantauan orangtua bawaan, seperti yang ditemukan di konsol video game, untuk menjaga anak-anak mereka aman.
Demikian pula, 30 persen orang tua juga menggunakan pengaturan dalam router wi-fi keluarga untuk mematikan akses internet setelah periode waktu yang ditentukan.
“Kami mendorong orang tua untuk menempatkan asumsi apa pun yang mereka miliki tentang kebiasaan online anak-anak mereka pada sudut pandang tepat, berdialog terbuka dengan anak-anak mereka tentang perlunya mengontrol kegiatan digital dan keamanan internet, karena konten berbahaya adalah salah satu hal yang sangat mungkin mereka temukan saat menjelajah dunia daring,” tutur Marina.