Drone Emprit: Media, Juru Tengah Informasi Penusukan Wiranto
Cyberthreat.id - Mesin analisa media sosial Drone Emprit menyebut media massa, terutama media siber, menjadi penengah antara kubu pendukung oposisi, pro Pemerintah dan pihak netral dalam perang narasi kasus penusukan Menko Polhukam, Wiranto.
Peta Social Network Analysis (SNA) Drone Emprit yang diolah periode 9-12 Oktober 2019, menghasilkan empat cluster yang membawa narasi masing-masing. Keempat cluster adalah narasi oposisi, narasi pro Pemerintah, narasi yang netral/non blok serta narasi media massa.
Analisis Drone Emprit menyatakan media online menjadi rujukan informasi utama dari semua cluster. Akun-akun media online berada di tengah lewat sebaran informasi dari akun resmi milik media tersebut.
"Tampak akun-akun media online berkumpul di tengah-tengah. Mereka diretweet oleh netizen dari semua cluster, sebagai referensi dalam percakapan mereka," kata CEO Drone Emprit, Ismail Fahmi, dalam cuitannya di Twitter, Sabtu (12 Oktober 2019).
Detikcom menjadi media online yang paling banyak mendapat respon. Drone Emprit menyebutkan, setidaknya dalam tiga hari Detikcom mendapatkan sekitar 12.722 retweet dan respon. Kemudian ada Geloraco (4592), Tirto (2739), CNN Indonesia (2212) dan Kompascom (1648).
"Ini menandakan pentingnya peran media dalam menyampaikan fakta, informasi, dan narasi kepada publik. Apa yang ditampilkan media akan dikonsumsi oleh publik, sesuai dengan seleranya."
Dari peta hashtag, Drone Emprit menemukan pergeseran narasi penusukan Wiranto. Ada tiga narasi yang paling mengemuka yakni #BINkebobolan yang diramaikan oposisi.
Kemudian narasi #LawanRadikalisme dari pihak pro Pemerintah yang seiring narasi Presiden Jokowi serta narasi #LawanTerorisme juga dari pro pemerintah.
"Drone Emprit membagi analisis ini untuk mengajak netizen mulai bicara tentang 'narasi'. Adakah bias, propaganda, dan disinformasi yang sedang disebarkan? Oleh siapa?"
"Juga untuk memperlihatkan seberapa kuat kita makin terpolarisasi dan saling serang. Agar bisa dihindari," tutup Ismail Fahmi.