Uni Eropa: Waspadai Risiko Ancaman Siber Jaringan 5G
Brussels, Cyberthreat.id – Uni Eropa menyadari pentingnya negara-negara mewaspadai peningkatan risiko serangan siber oleh peretas (cracker) yang didukung negara.
Pernyataan itu muncul dalam sebuah laporan yang disiapkan oleh negara-negara anggota UE tentang risiko keamanan siber terhadap jaringan seluler 5G, demikian tulis Reuters, Rabu (9 Oktober 2019).
Uni Eropa saat ini melalui European Agency for Cybersecurity juga sedang menyelesaikan peta ancaman spesifik terkait jaringan 5G.
Laporan tersebut tidak menyebutkan negara atau perusahaan mana pun. Namun, di ruang publik kecenderungan itu mengarah ke China dan dan perusahaan telekomunikasi Huawei Technologies.
Dalam laporan itu, UE memilih untuk mengabaikan seruan Amerika Serikat untuk melarang peralatan Huawei yang dianggap berbahaya karena bisa dipakai intelijen China untuk memata-matai.
"Di antara berbagai aktor potensial, negara-negara non-UE atau yang didukung negara dianggap yang paling serius dan paling mungkin untuk menargetkan jaringan 5G," demikian laporan itu.
Selain itu, "Dalam konteks peningkatan paparan terhadap serangan yang difasilitasi oleh pemasok, profil risiko masing-masing pemasok akan menjadi sangat penting, termasuk kemungkinan pemasok mengalami gangguan dari negara non-UE.”
Sebelumnya, Huawei, yang bersaing dengan Nokia (Finlandia) dan Ericsson (Swedia), mengatakan siap untuk bekerja dengan mitra Eropa pada keamanan jaringan 5G.
"Kami sangat senang mencatat bahwa Uni Eropa menyampaikan komitmennya untuk mengambil pendekatan berbasis bukti, menganalisis risiko secara menyeluruh alih-alih menargetkan negara atau aktor tertentu," kata Huawei
Jaringan generasi kelima akan menghubungkan miliaran perangkat, sensor, dan kamera di kota, rumah, dan kantor 'pintar'. Dengan keunikan itu, keamanan menjadi kebutuhan yang lebih mendesak daripada di jaringan yang ada.
Nokia saat ini menjadi satu-satunya perusahaan yang mampu menyediakan jaringan 5G di seluruh negara lantaran dianggap aman.
Menurut Nokia, keamanan 5G mengharuskan jaringan dibangun dengan memanfaatkan fitur keamanan paling canggih. “Memilih vendor yang dapat dipercaya dan transparan," kata Nokia.
Namun, tak semua anggota UE setuju dengan laporan itu., Inggris, sekutu AS, memperlakukan dan cenderung paling vokal terhadap Huawei. Sementara, Jerman menciptakan arena permainan yang adil, yaitu semua vendor 5G harus membuktikan bahwa mereka dapat dipercaya.
Laporan UE itu juga memperingatkan agar anggota UE tidak terlalu bergantung pada satu pemasok peralatan telekomunikasi. "Ketergantungan besar pada satu pemasok berpotensial terhadap gangguan pasokan," demikian laporan itu.
Operator jaringan Eropa, termasuk Deutsche Telekom Jerman biasanya memiliki strategi multi-vendor guna mengurangi risiko keamanan yang mungkin timbul.