Alfons: Bumi dan Air Kita Berdaulat, Digital Dikuasai Orang

Ilustrasi

Jakarta, Cyberthreat.id - Pakar siber Vaksincom, Alfons Tanujaya, menilai Indonesia tidak memiliki kedaulatan di ranah digital. Untuk mengukur kedaulatan tersebut sangat mudah. Menurut dia, masalah kedaulatan digital membuat Pemerintah berhadapan dengan penguasa baru internet.

Penguasa yang dimaksud Alfons adalah platform raksasa yang kini menguasai data dan informasi di media sosial dan internet. Sebut saja Google, Facebook yang menaungi Instagram, WhatsApp dan Facebook Messenger. Kemudian ada Twitter dan YouTube serta platform lain yang mencari pasar di Indonesia.

"Secara de facto memang merekalah penguasa baru internet dimana kita sangat bergantung kepada mereka," kata Alfons di acara Dialog Nasional Indonesia Internet Governance Forum 2019 di Jakarta, Rabu (9 Oktober 2019).

Penguasa baru internet mendapatkan keuntungan besar di era peradaban digital yang kini sedang berjalan. Perusahaan besar itu, kata dia, mengalami progress dan kemajuan luar biasa karena menjadikan data sebagai komoditi baru.

Ada satu negara yang bisa menandingi penguasa baru internet yaitu China. Menurut Alfons, China bisa dikatakan berhasil atau beruntung karena mampu melawan dominasi penguasa internet dengan Great Firewall hingga membuat saingan bagi Google, Facebook dan raksasa lainnya.

"Di China itu, mau Facebook mati, Google mati, itu mereka enggak peduli dan tetap hidup. Saya enggak tahu apakah mereka cerdas atau mereka beruntung karena sistem komunis itu bikin Great Firewall dan semua dibikin sendiri. Twitter, Facebook dan Google ada semua saingannya di China."

Sebaliknya, kata Alfons, jika Pemerintah Indonesia melakukan blokir misalnya terhadap Google atau WhatsApp. Itu akibatnya banyak dan urusannya panjang. Ada orang yang teriak urusan HAM sampai ibu-ibu dan anak sekolah tidak bisa berkomunikasi atau menjalankan bisnis.

"Kita lihat WhatsApp itu yang kelola cuma satu, Google Map yang kelola juga satu. Kalau kita minta data sama mereka apakah akan dikasi atau enggak. Kita berdaulat di negara ini seperti tanah, air, dan bumi kita kuasai, tapi digital kita dikuasai orang,"