Ekonomi Internet Indonesia Capai US$ 40 Miliar pada 2019
Jakarta, Cyberthreat.id- Indonesia dinilai telah menjadi negara yang menjadi pusat perkembangan teknologi dalam beberapa tahun terkahir. Di level Asia, kiprah Indonesia diperhitungkan. Apalagi dengan menjamurnya berbagai startup yang berkembang, serta kehadiran unicorn dan decacorn di Tanah Air.
Managing Director Google Indonesia Randy Jusuf menuturkan, nilai ekonomi dari pemanfaatan internet di Southeast Asia akan mencapai US$ 300 miliar pada 2025. Sedangkan, hingga akhir 2019 diperkirakan akan mencapai US$ 100 miliar. Jumlah tersebut, tumbuh dari US$ 32 miliar pada 2015.
Sementara, Indonesia akan memiliki jumlah nilai ekonomi internet tertinggi di antara negara di kawasan ASEAN, yaitu mencapai US$ 40 miliar pada 2019. Jumlah tersebut akan tumbuh menjadi US$ 133 miliar pada 2025.
Disusul Malaysia akan mencapai US$ 11 miliar pada 2019, Philipina US$ 7 miliar, Singapura US$ 12 miliar, Thailand US$ 16 miliar, dan Vietnam US$ 12 miliar.
“Indonesia merupakan yang terbesar dan tercepat dalam hal pertumbuhan nilai ekonomi internet di kawasan ASEAN, yang akan mencapai US$ 40 miliar pada 2019, dengan pertumbuhan tahunan mencapai 49%,” kata Randy dalam acara Tech in Asia Conference di Jakarta, Selasa, (8 Oktober 2019).
Di sisi lain, berdasarkan, survei e-Conomy SEA 2029 yang disusun oleh Google, Temasek, dan Bain & Company, menyebutkan, nilai perdagangan secara elektronik (e-commerce) Indonesia diperkirakan mencapai US$ 82 miliar, atau sekitar Rp 1.160 triliun pada 2025.
Nilainya bertumbuh lebih dari empat kali lipat dibandingkan prediksi tahun 2019 senilai US$ 21 miliar, atau sekitar Rp 297,1 triliun. Kontribusi e-commerce yang senilai US$ 82 miliar pada 2025 mencapai 61,65% terhadap ekonomi digital Indonesia tahun yang sama sebesar US$ 133 miliar.
Sedangkan kontribusi e-commerce tahun ini senilai US$ 21 miliar menyumbang 52,5% terhadap ekonomi digital di Tanah Air yang mencapai US$ 40 miliar.
“E-commerce tetap terus maju, opportunity-nya mulai besar dan pemain tidak hanya berpikir soal pertumbuhan tetapi juga monetisasi dan model bisnis baru,” tambah Randy.