Era Digital, Kekurangan Talenta Cybersecurity Adalah Bencana

Asisten direktur cybersecurity untuk Cybersecurity and Infrastructure Security Agency (CISA) Homeland Security AS, Jeanette Manfra | Foto: Tech Crunch

Cyberthreat.id - Amerika Serikat (AS) fokus mengembangkan sumber daya manusia (SDM) keamanan siber (cybersecurity) dalam beberapa tahun ke depan. Jeanette Manfra, seorang pejabat senior yang bertugas melindungi infrastruktur kritis AS, mengatakan kurangnya profesional cybersecurity adalah bencana.

"Ini adalah salah satu ancaman utama, bisa menjadi bencana karena kita bicara risiko keamanan nasional AS," kata Jeannette dilansir Tech Crunch, Jumat (4 Oktober 2019).

Berbicara di acara TechCrunch Disrupt SF, Jeanette Manfra, asisten direktur cybersecurity untuk Cybersecurity and Infrastructure Security Agency (CISA) Homeland Security, mengatakan agensi mereka telah merancang berbagai pelatihan bagi para profesional cybersecurity sebagai prioritas.

"Bahwa kami tidak memiliki talenta yang cukup, terlepas dari apakah itu di pemerintah atau di sektor swasta," ujarnya.

"Kami memiliki kekurangan yang amat besar yang diharapkan akan tumbuh talenta-talenta baru dalam beberapa tahun ke depan."

Homeland Security sudah merespons kebutuhan tersebut dengan mengembangkan kurikulum yang disuntikkan ke dalam sistem sekolah.

Manfra juga mempelajari buku pedoman industri teknologi dan mengembangkan program pelatihan tenaga kerja baru yang mencontoh cara merekrut dan mempertahankan talenta tersebut.

Kolaborasi

Bagi Manfra, sangat penting bahwa komunitas teknologi dan lembaga pemerintah yang bertugas melindungi aset bangsa AS, agar bekerja lebih erat bersama. Dan cara terbaik untuk melakukannya adalah dengan mendorong kolaborasi antara agen keamanan siber dengan perusahaan teknologi.

Dalam prakteknya, apa yang diucapkan Mantra memang tidak mudah. Ada gesekan antara kepentingan perusahaan swasta dengan kepentingan pemerintah dan nasional.

"Saya ingatkan pentingnya berkolaborasi," ujarnya.

Diantara program yang disebutkan Manfra adalah Pemerintah AS akan menggulirkan beasiswa untuk para profesional keamanan siber yang akan menghabiskan tiga hingga lima tahun di pemerintahan sebelum pindah ke sektor swasta.

"Ini bisa membangun komunitas orang-orang dengan pengalaman bersama dalam keamanan, dan kita semua punya kepentingan yang sama juga."

Homeland Security, kata dia, tengah mengambil jalan prioritas dalam menurunkan biaya teknologi. Tujuannya agar institusi yang paling rentan seperti negara bagian, kota dan distrik atau perusahaan swasta yang ditugaskan bisa melindungi diri. Karena faktanya memang teknologi siber itu mahal.

"Ada beberapa lembaga yang menjadi target pencapaian negara, tapi tidak semua memiliki sumber saya cyber yang cukup atau benar-benar berkualitas.

Publik juga memiliki peran penting dalam keamanan siber. Bukan hanya infrastruktur teknologi aktual saja yang ditargetkan musuh AS, tetapi keyakinan keseluruhan pada lembaga-lembaga AS dalam melindungi diri. Ia mencontohkan kasus serangan cyber Rusia yang bertujuan mengganggu dan ikut campur dalam Pemilu 2016.

"Ini juga tentang membangun publik yang lebih tangguh dan sadar. Dan musuh kita telah belajar bagaimana mereka dapat memanipulasi kepercayaan pada institusi-institusi Pemerintah."