Open Source Relatif Aman, Ini Kata Red Hat
Jakarta, Cyberthreat.id - Country Manager Red Hat Indonesia, Rully Moulany, menyebut sistem open source relatif lebih aman digunakan karena sifatnya yang terbuka dan dikerjakan secara bersama-sama.
"Open source itu lebih secure (jika dilihat) dari perspektif banyak developer yang terlibat. Meskipun security itu sendiri banyak dimensi," kata Rully di sela Red Hat Forum Asia Pasifik 2019 di Jakarta, Kamis (3 Oktober 2019).
Menurut Rully, kolaborasi dan keterbukaan adalah dua kata kunci yang membuat Red Hat dinilai lebih aman ketimbang sistem yang tertutup.
"Analogi yang sering saya gunakan untuk menjelaskan security di open source itu ibarat open book. Jadi mengerjakan tugas ini bareng-bareng. Di situ ada kolaborasi dan keterbukaan sehingga lebih mudah untuk mencari tahu apa yang terjadi," ujarnya.
Kolaborasi di dalam open source akan mendatangkan transparansi. Transparansi, kata dia, membuat semua pihak diizinkan terlibat yang sifatnya meritokrasi.
Meritokrasi merujuk kepada bentuk sistem yang memberikan penghargaan lebih kepada mereka yang berprestasi atau kompetensi.
"Kalau open source itu terbuka, artinya semua orang bisa lihat kan. Semua bisa tahu apa yang terjadi. Ada sedikit paradoks yang mengatakan open source enggak aman. Padahal justru keterbukaan itu lebih aman dan mudah dicari persoalannya."
VP Asian Growth Red Hat, Damien Wong, mengatakan jika orang-orang ingin mengetahui apakah sistem open source itu aman, maka harus terlebih dulu memahami cara kerja dan bagaimana open source dibuat hingga bekerja.
"Pertama, anda harus pahami bahwa open source dibuat dalam sebuah project yang terbuka. Artinya semua sangat terbuka sehingga siapapun bisa berkontribusi tergantung project yang dikerjakan," kata Damien.
Open source juga selalu dinamis dan bergerak. Itulah yang membuat selalu munculnya inovasi, transformasi yang bergerak maju, bergerak cepat karena berkolaborasi dan bersinergi.
"Saya contohkan misalnya perubahan ke dalam koding. Ketika nanti ada virus, Trojan, Malware yang masuk ke dalam open source, maka semua orang bisa melihatnya kan. Memang vulnerability akan selalu ada misalnya human error atau orang berniat jahat atau hacker yang masuk terlibat project yang mengekplorasi kelemahan."
Bagaimana jika seorang hacker berhasil menyusup lalu ingin mengacaukan sistem? Damien mengatakan open source bukan berarti semua yang terlibat bisa mengubah koding seenaknya. Menurut dia, ada sebuah sistem yang mengatur proses dalam mengikuti project.
"Ini semacam komite di dalam project itu sendiri. Jika ada yang berniat buruk maka komite itu yang akan menilai apakah koding bisa diterima atau tidak dan seterusnya. Di sini open source akan menghadirkan banyak functionality baru agar kehidupan lebih mudah."