400 Juta Sensor IoT Akan Terhubung pada 2022

Ketua Umum Asosiasi IoT Indonesia Teguh Prasetya | Foto : Cyberthreat.id

Jakarta, Cyberthreat.id- Asosiasi Internet of Things (IoT) Indonesia memperkirakan, jumlah perangkat dan sensor IoT di Indonesia yang akan terhubung ke internet mencapai 400 juta perangkat pada 2022.

Jumlah tersebut akan tumbuh signfikan, dibandingkan saat ini, sekitar 100 juta perangkat terhubung. Selain itu, nilai pasar IoT juga akan mencapai Rp 444 Triliun pada 2022, dibandingkan saat ini yang sekitar Rp 100 Triliun.

Ketua Umum Asosiasi IoT Indonesia Teguh Prasetya mengatakan, smartphone merupakan salah satu perangkat IoT yang saat ini terhubung ke internet. Di dalam smartphone, lanjut Teguh, setidaknya terdapat 12 sensor. Sedangkan, nilai pasarnya, dapat dihitung dari, komposisi perangkat sebesar 13%, jaringan 9%, platform dan aplikasi 78%.

“Itu baru dari perangkat smartphone saja. Belum perangkat yang lainnya. Jadi, bisa dibayangkan betapa besar potensi perangkat yang akan terhubung ke depannya,” kata Teguh di Jakarta, Rabu, (2 Oktober 2019).

Menurut Teguh, potensi pertumbuhan bisnis IoT juga sudah didukung dengan regulasi dari pemerintah yang memadai. Dia menyebutkan, pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) sudah menerbitkan Peraturan Menteri (Permen)  No 1 tahun 2019, tentang izin kelas dan penggunaan frekuensi.

Kemudian  didukung juga dengan Peraturan Dirjen Sumber Daya Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI)  No 3 tentang low power wide area  (LPWA). Teknologi LPWA memanfaatkan frekuensi yang bisa digunakan bersama (unlicensed) di rentang 920 Mhz-923 MHz.

“Itu sudah keluar di tahun 2019. Dengan adanya itu, maka perangkat maupun jaringan sudah ready, sertifikasi postel (Pos dan Telekomunikasi) juga sudah ready,” ungkap Teguh.

Sementara dari sisi manfaat, lanjut Teguh, teknologi IoT, dapat mengefisienkan operasional. Bahkan tingkat efisiensinya mencapai 80%.

Berikutnya, dapat meningkatkan produktifitas. Karena dengan adanya otomasi, maupun sensor, maka produktifitas akan naik 20-30%. Selanjutnya, dapat  meingkatkan pendapatan.

“Karena  dengan begitu ada produk baru yang muncul, ada pendapatan yang bisa bertambah.  Contohnya, dengan otomasi, mesin bisa berjalan 24 jam. Enggak ada jedanya. Otomatis, output akan lebih tinggi,” jelas Teguh.