Serangan Fileless Tumbuh 265% Selama Semester I 2019

Laksana Budiwiyono, Country Manager Trend Micro Indonesia | Foto : Cyberthreat.id/ Eman Sulaeman

Jakarta, Cyberthreat.id- Trend Micro, perusahaan peneydia solusi keamanan siber,  menerbitkan rangkuman hasil laporan di paruh tahun pertama 2019.  Laporan tersebut mengungkapkan bahwa  terjadi lonjakan serangan fileless yang dirancang untuk menyamarkan aktivitas kejahatan. Deteksi ancaman ini meningkat 265% dibandingkan dengan pertengahan tahun 2018.

Fileless malware sebenarnya istilah untuk menggambarkan sebuah serangan malware yang tidak menggunakan file. Biasanya bila komputer terinfeksi sebuah malware, penyebabnya karena ada sebuah file malware yang menginfeksi Harddisk.

"Kecanggihan dan perbuatan yang dilakukan secara diam-diam adalah strategi utama dari permainan cybersecurity ini, karena teknologi perusahaan dan serangan kriminal menjadi lebih terhubung dan lebih cerdas,“ kata  Laksana Budiwiyono, Country Manager Trend Micro Indonesia melalui siaran pers, Rabu, (2 Oktober 2019).

Menurut Laksana, seiring dengan pertumbuhan ancaman fileless di pertengahan tahun ini, penyerang semakin menyebarkan ancaman yang tidak terlihat oleh filter keamanan tradisional, karena mereka dapat dijalankan dalam memori sistem, berada di dalam sistem, atau dapat menyalahgunakan alat yang sah.

Bahkan, exploit kits  juga telah kembali, dengan peningkatan 136% dibandingkan dengan periode  yang sama pada tahun 2018.

“Dari penyerang, kami melihat serangan yang disengaja, ditargetkan, dan licik yang secara diam-diam memanfaatkan orang, proses, dan teknologi,“ ujar Laksana.

Di sisi lain, lanjut Laksana, cryptomining malware tetap menjadi ancaman yang paling terdeteksi pada paruh pertama tahun 2019, dengan penyerang semakin menyebarkan ancaman ini di server dan di lingkungan cloud.

Tak hanya itu, jumlah router yang terlibat dalam serangan masuk melonjak 64% dibandingkan pertengahan tahun pertama tahun 2018, dengan lebih banyak ancaman Mirai Variants yang mencari perangkat yang terbuka.

Selain itu, skema pemerasan digital melonjak hingga 319% dari pertengahan kedua tahun 2018, yang sejalan dengan prediksi sebelumnya. Business email compromise (BEC) tetap menjadi ancaman besar,  melonjak 52% dibandingkan dengan enam bulan terakhir. File, email, dan URL yang berhubungan dengan ransomware juga tumbuh 77% dibandingkan periode yang sama 2018.

“Untuk menangani evolusi ini, bisnis memerlukan mitra teknologi yang dapat menggabungkan keahlian manusia dengan teknologi keamanan canggih untuk lebih mendeteksi, menghubungkan, merespons, dan memulihkan ancaman,“ tambah Laksana.

Secara total, Trend Micro memblokir lebih dari 26,8 miliar ancaman di awal pertengahan tahun 2019. Jumlah tersebut, lebih dari enam miliar lebih dari periode yang sama tahun lalu. 91% dari ancaman ini memasuki jaringan perusahaan melalui email.

“Untuk mengurangi ancaman-ancaman canggih ini dibutuhkan pertahanan yang cerdas dan mendalam yang dapat mengkorelasikan data dari lintas gateway, jaringan, server, dan endpoints untuk mengidentifikasi dan menghentikan serangan terbaik,“ tutur Laksana.