Indonesia Kembangkan Smart City, Manajemen Data Amburadul

Ilustrasi Smart City

Jakarta, Cyberthreat.id - Lead of data scientist Kazee Indonesia, Pujo Laksono, mengatakan Smart City bakal sulit berkembang di Indonesia jika manajemen data di Tanah Air masih amburadul.

Menurut dia, kekayaan data di Indonesia belum dikelola dengan baik mulai dari pengumpulan data, proses data, analitik data, perlindungan dan security hingga data yang sudah menjadi barang berharga (oil) digunakan untuk meningkatkan kualitas kehidupan bermasyarakat.

"Ada berbagai institusi pemilik data, tapi koordinasinya enggak jelas. Kemendagri berhati-hati mengeluarkan data sementara kalau mau share data itu mekanismenya apa dan bagaimana belum ada," kata Pujo kepada Cyberthreat.id di Jakarta beberapa waktu lalu.

Pujo mencontohkan, suatu waktu ia pernah berniat mengumpulkan data tentang jumlah hydrant di Kota Bandung. Ketika dikumpulkan data tentang koordinat, titik dan lokasi, pemadam kebakaran dan data terkait, ternyata data-data yang ditemukan masih mentah.

"Saya buka informasinya dan ternyata Kota Bandung hanya punya data keterangan hydrant di jalan A dan jalan B. Visualisasinya enggak ada sehingga data ini hanya menjadi sekedar PR yang dikumpulkan, tapi tidak diolah atau dilanjutkan lagi," ujarnya.

Jika Indonesia serius mengembangkan proyek smart city, menurut Pujo, salah satu persoalan yang harus dibereskan adalah soal data. Sebagai contoh, Smart City memerlukan data kependudukan yang sinkron dengan infrastruktur kota yang akan dibangun.

Ia mengingatkan, membuka data bukan berarti menyepelekan security data. Menurut dia, data yang terbuka juga harus diamankan dengan enkripsi maksimal karena akan disinkronkan dengan sumber data lain termasuk data medsos dan data platform digital.

"Data di Google Map, Facebook dan YouTube yang punya orang luar itu akan dikawinkan datanya dengan data kita kalau memang ada Smart City. Ini baru beberapa hal karena memang konsep Smart City itu cukup rumit," ujarnya.

Terpisah, juru bicara Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Anton Setiyawan mengatakan terdapat sejumlah tantangan Indonesia dalam mengembangkan dan mengolah data.

Diantara tantangan tersebut adalah:

1. Harmonisasi antar peraturan dan kewenangan.
2. Ruang lingkup data pribadi.
3. Kesiapan pelaksanaan (mulai dari negara, organisasi dan masyarakat).
4. Transisi sistem dan regulasi turunan.

"Itu baru secara umum dan kalau kita pelajari di lapangan bisa rumit lagi. Ini artinya tantangan bagi kita semua untuk segera menyelesaikan masalah data ini," kata Anton saat menjadi narasumber Indonesia Internet Expo and Summit (IIXS) 2019 di JCC, Jakarta, Sabtu (29 September 2019).

Ekosistem data menurut Anton juga sangat kompleks sehingga dalam menyelesaikannya harus berkolaborasi. Tidak bisa satu atau dua institusi saja yang menuntaskan karena kekayaan data Indonesia begitu besar.

"Data obat itu bisa membaca kebutuhan dan keperluan masyarakat. Bahkan data ukuran sepatu yang dimiliki Nike atau Adidas pun sangat berharga. Intinya, saya ingin katakan bahwa data digital sangat banyak karena ini demi bangsa ke depan," ujarnya.