Sektor Industri Jadi Fokus Penerapan Teknologi 5G
Jakarta, Cyberthreat.id – Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI) Kementerian Komunikasi dan Informatika Ismail mengatakan, saat ini Indonesia tengah bersiap menyambut penerapan frekuensi jaringan internet generasi kelima atau 5G.
Untuk penerapannya, kata Ismail, masih menunggu pelaksanaan Konferensi Komunikasi Radio Dunia (WRC) yang dijadwalkan di Mesir pada Oktober 2019. Forum ini salah satunya membahas alokasi frekuensi 5G secara global.
“Nah, setelah forum itu, Indonesia baru akan bisa menyediakan frekuensi 5G mengikuti ditentukannya bandwitch global untuk jaringan 5G ini,” ujar Ismail saat dihubungi Cyberthreat.id, Kamis (25/4/2019).
Ismail menjelaskan, penerapan jaringan 5G juga bergantung pada kesiapan operator-operator. Apalagi para operator tersebut harus melakukan sejumlah pembaruan pada infrakstruktur yang dimiliki. “Nanti dari operator yang akan membangun infrakstruktur, tidak baru semua, tapi akan ada yang diperbarui,” ujar dia.
MENDUKUNG INDUSTRI
Menurut Ismail, penerapan teknologi 5G akan sangat bagus untuk perkembangan industri di Indonesia, khususnya mendukung Revolusi Industri 4.0.
Jaringan 5G memiliki kecepatan tinggi dengan daya delayed rendah sehingga sangat baik untuk menjalankan beberapa aplikasi robotik dan kecerdasan buatan (artificial intelegence/AI). Makanya, pada tahap awal teknologi 5G masih difokuskan di sektor industri.
Untuk dinikmati di tingkat masyarakat tergantung kesiapan dari masing-masing operator telekomunikasi yang sebelumnya sudah melakukan uji coba. Operator yang sudah melakukan uji coba 5G itu yakni Telkomsel, XL, Indosat dan Tri.
“Nantinya, jaringan 5G ini akan menjadi jaringan yang bisa mendistribusikan informasi dengan kecepatan tinggi dan akan banyak diterapkan di kawasan industri,” kata dia.
Sebelumnya di acara Forum Qualcomm di Jakarta, Selasa (23/4/2019) seperti dilansir Antaranews.com, Ismail sempat mengatakan, bahwa pemerintah juga berencana memanfaatkan frekuensi middle band 3,5 Ghz yang sudah digunakan untuk satelit dan akan dikonsolidasikan dengan frekuensi 5G.
Frekuensi tersebut, kata dia, bukan khusus hanya di Indonesia, tapi yang ada di seluruh dunia sehingga akan mempermudah operator dalam hal biaya investasi.
ALOKASI SPEKTRUM
Country Manager Qualcomm Indonesia, Shannedy Ong, mengatakan, kendala utama komersialisasi penerapan 5G di Indonesia adalah belum adanya alokasi spektrum.
"Suatu teknologi agar bisa dikomersialkan harus melalui tahapan sejak fase desain, deployment, dan komersial. Sebelum, sampai arah desain, sudah harus pada tahap penentuan spektrum. Tanpa ada itu, tidak bisa apa-apa," kata Ong.
Menurut Ong, penerapan 5G yang sudah dinikmati masyarakat secara komersial yaitu di Amerika Serikat, Korea Selatan, Jepang, China dan beberapa negara di benua Eropa dengan didukung teknologi Qualcomm.
Hingga saat ini, lanjut dia, sudah ada sekitar 30 operator Original Equipment Manufacture (OEM) atau kalangan pabrikan yang sudah mengkomersialkan 5G berteknologi Qualcomm.
Redaktur: Andi Nugroho