Pengguna Medsos Indonesia Terus Bertambah, Harap Waspada!
Jakarta, Cyberthreat.id - Platform media sosial menjadi salah satu kunci ekonomi digital. Konsumen terhubung dengan orang lain dalam sebuah forum yang amat besar tanpa batasan ruang dan waktu, berbagi informasi dan pendapat pribadi hingga membuat keputusan pembelian, menulis ulasan dan mengonsumsi informasi.
"Lebih dari 75 persen serangan di media sosial adalah serangan bot otomatis," kata Yudhi Kukuh, CEO perusahaan cybersecurity ESET Indonesia dalam keterangan pers kepada Cyberthreat.id, Jumat (20 September 2019).
Mulai dari serangan pengambilalihan akun, hingga serangan penipuan dengan masifnya pembuatan akun palsu, spam dan penyalahgunaan platform media sosial. Semua itu memperlihatkan dengan jelas beragamnya serangan dari bot dan kelompok peretas yang terorganisir.
Tidak seperti sektor lain, serangan pengambilalihan akun lebih sering terjadi di media sosial, dengan upaya login media sosial, penipu ingin memanen data pribadi dari akun pengguna yang sah.
Tingkat serangan yang sangat tinggi pada login media sosial menunjukkan banyaknya akun media sosial yang dikompromikan oleh para peretas.
Penelitian We Are Social dengan Hootsuite pada Januari 2019 menyatakan pengguna medsos di Indonesia mencapai 150 juta. Sementara survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2018 menyatakan jumlah pengguna internet Indonesia sudah mencapai 171 juta. Dan 90 persen pengakses lewat mobile internet.
"Karena lebih dari 50 persen login media sosial adalah palsu, mereka menggunakan bot skala besar untuk meluncurkan serangan pada platform media sosial dengan tujuan menyebarkan spam, mencuri informasi, menyebarkan propaganda sosial dan melaksanakan kampanye social engineering yang menargetkan pengguna," ujarnya.
Dalam sebuah laporan disebutkan bahwa AS, Rusia, Filipina, Inggris dan Indonesia menempati posisi teratas sebagai pencetus serangan. Filipina keluar sebagai pencetus serangan terbesar untuk serangan otomatis.
Analisis lebih lanjut menemukan bahwa sebagian besar serangan dari China (59,3 persen) didorong oleh manusia, atau empat kali lebih tinggi daripada AS, Rusia, Filipina, dan Indonesia.
Contoh kasus yang paling nyata dan masih terjadi di Indonesia adalah penipuan media sosial dengan menawarkan hadiah ponsel secara gratis. Semua orang suka dengan sesuatu yang diperoleh secara gratis sehingga pendekatan ini digunakan oleh para pelaku untuk tujuan penipuan.
Warganet diiming-imingi hadiah ponsel dengan mengisi data personal secara lengkap, data inilah yang kemudian dimanfaatkan, dijual atau digunakan sendiri untuk meretas akun korban dengan kasar.