Amankah Bitcoin dari Serangan Hacker?
Jakarta, Cyberthread.id – Bitcoin. Sebagian besar orang Indonesia masih bingung dengan nama satu ini. Sebagian masyarakat masih mengira Bitcoin mata uang koin. Namun, sebetulnya Bitcoin adalah salah satu mata uang digital atau kriptokurensi yang tidak diatur oleh Bank Sentral.
Kriptokurensi saat ini tidak hanya Bitcoin, masih banyak macamnya seperti Etheru Ethereum (ETH), Ripple (RXP), Litecoin, IOTA, DASH, dan lain-lain. Namun, Bitcoin hingga saat ini yang paling populer dan nilainya paling tinggi. Bitcoin dirancang oleh Satoshi Nakamoto asal Jepang pada 2009 dan masuk ke Indonesia diperkirakan pada 2013. Peredaran Bitcoin melalui jaringan internet.
Saat ini, Bitcoin juga menjadi salah satu bentuk investasi selain emas dan komoditas lainnya. Namun, timbul kekhawatiran terkait dengan penyimpanan uang digital tersebut. Karena bersifat digital, tentu bisa saja diretas jika tidak diamankan dengan baik.
“Bitcoin bisa diretas. Jika tidak diamankan dengan baik dan berhasil diretas, dana yang diambil akan langsung berpindah ke akun peretas. Secara teknis, sangat sulit dan mahal untuk melacak siapa peretas tersebut,” ujar Analis Keamanan Siber dari PT Vaksincom Alfons Tanujaya kepada Cyberthreat.id, Selasa (23/4/2019).
Alfons mengatakan, cara peretasan Bitcoin sangat mirip dengan peretasan akun internet. Jika kredensial nama pengguna dan sandi Bitcoin berhasil di ketahui, secara teknis peretas bisa mengakses akun Bitcoin. Biasanya peretas akan menggunakan keylogger atau Trojan untuk mencuri kredensial Bitcoin dari komputer korban.
Sementara, Ketua Umum Ethical Hacker Indonesia, Teguh Aprianto, mengatakan, Bitcoin yang mudah diretas adalah biasanya milik perseorangan. Peretas biasanya mengincar email dan nomor ponsel.
“Kebanyakan platform Bitcoin hanya meminta otentikasi melalui email dan nomor ponsel. Ini berbeda jika pemilik menyimpan Bitcoin di perusahaan resmi, peretasan sulit dilakukan,” kata Teguh.
Menurut Teguh, penyimpanan aman Bitcoin, misalnya, di blockchain.info karena setiap transaksi menggunakan private key yang hanya dimiliki oleh pemilik.
Alasan utama Bitcoin sangat mudah diretas karena murni berbasiskan akun internet yang sifatnya anonymous. Tidak ada satu lembaga yang menguasai basis data server-nya. Bitcoin tidak memiliki pendukung fisik seperti kantor bank yang bisa membantu jika terjadi pencurian.
Menurut Alfons, bisa saja mengetahui siapa peretas Bitcoin jika terjadi peretasan. Namun untuk sampai masuk ke identitas atau informasi detail pengguna, hal itu tidak mudah. “Biasanya kriminal pengguna Bitcoin akan berusaha menyembunyikan dirinya dari balik Tho Onion Router atau THOR yang sangat mempersulit pelacakan,” ujar Alfons.
Seperti halnya mengamankan akun internet, saat mengakses Bitcoin harus menggunakan kredensial yang baik. Pemilik juga tidak sembarangan menggunakan komputer umum untuk masuk.
Selanjutnya, pemilik Bitcoin, kata Alfons, harus menggunakan antivirus webroot untuk menangkal Trojan atau Keylogger. Terakhir, pemiliki harus menggunakan autentikasi dua tahap jika pemilik masuk dari perangkat baru.
Redaktur: Andi Nugroho