Bagaimana Nasib Fintech di 2030? Ini Prediksi Menkominfo

Ilustrasi | Foto: freepik.com

Jakarta, Cyberthreat.id - Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara memprediksi pada 2030 konsumen layanan teknologi finansial (fintech) akan setara bank, bahkan lebih besar jika dilihat dari tren peningkatan transaksi saat ini.

“Tahun 2030, siapa konsumen bank paling besar di Indonesia? Yang mungkin paling besar adalah Gopay atau Gojek,” kata Rudiantara dalam diskusi di Jakarta, Rabu (28 Agustus 2019).

Menurut dia, telah terjadi perubahan dalam masyarakat dalam mengelola uang transaksi mereka, salah satunya menggunakan aplikasi fintech. Rudiantara mengucapkan terima kasih kepada Bank Indonesia telah mendukung kebijakan yang mendukung dalam terciptanya pertumbuhan ekonomi dari digital financial.

“Jangankan perubahan transaksi, dulu saja sekolah harus di kelas, sekarang belajar bisa dilakukan lewat gawai karena adanya penyedia aplikasi belajar,” kata Menkominfo.

Ekonomi digital di Indonesia diterima dengan baik oleh pemerintah dan masyarakat karena terbukanya lapangan kerja yang besar dari dampak bisnis tersebut. “Sebut saja Gojek, dulu berapa pendapatan ojek pangkalan, sekarang bisa berkali lipat kan dari aplikasi tersebut,” kata dia seperti dikutip dari Antaranews.com. Selain itu, pengusaha UMKM juga dapat berkembang karena adanya jasa aplikasi digital.

Saat ini ekonomi digital global terus berkembang pesat, termasuk Indonesia. Hingga 2016, kata Darmin, ekonomi digital Asia Tenggara, kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) 2,8 persen pada 2018 dan diproyeksikan menjadi 8 persen pada 2025.

Terpisah, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengatakan, saat ini pemerintah tengah menciptakan ekosistem ekonomi digital.

Ekonomi digital di Indonesia juga berkembang pesat, kata dia, sejalan dengan indikator pengguna smartphone dan penggunaan internet.

“Pada 2018, pengguna smartphone di Indonesia sudah mencapai 133 persen dari populasi dan pengguna internet sudah mencapai 56 persen dari populasi," Darmin dalam Seminar Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) XX di Badung, Bali, Rabu, sepert dikutip dari situs web Kominfo.go.id.

Darmin berharap potensi ekonomi digital yang sangat besar tersebut dimanfaatkan dengan baik. “Kita sudah melihat perkembangan ekonomi digital, maka perumusan tentang navigasi era digital menjadi modal sangat penting untuk mempertahankan stabilitas dan pertumbuhan,” kata dia.

Enam Strategi

Menurut Darmin, ada tiga sektor yang berperan kuat dalam menciptakan ekosistem tersebut, yaitu pemerintah, otoritas moneter, dan otoritas sektor keuangan. “Tak hanya sebagai regulator, ketiganya diharapkan mampu menjadi fasilitator dan akselerator,” ujar dia.

Untuk dapat berperan sebagai regulator sekaligus fasilitator dan akselerator, kata dia, kebijakan masing-masing otoritas dan pemerintah perlu diarahkan untuk beberapa hal penting. 

Pertama, menjaga level playing field yang sama bagi pelaku ekonomi digital. "Kompetisi perlu dipastikan berjalan fair tanpa membatasi inovasi dan menghindarkan penyimpangan pasar (market abuse)," tutur dia.

Kedua, penegakan peraturan dan akuntabilitas. "Pengawasan digital (digital surveillance) harus jelas, disertai fair dan penalti yang memberikan efek jera terhadap pelanggar termasuk penyalahgunaan data pribadi," tutur Darmin.

Ketiga, membangun proyek infrastruktur telekomunikasi. Menurut dia, ini telah dilakukan melalui pembangunan serat optik di seluruh Indonesia sepanjang 36.000 kilometer yang dinamakan Palapa Ring.

Keempat, membuat kebijakan dalam rangka mendukung link and match SDM ekonomi digital dengan industri serta penyelesaian PHK akibat disrupsi ekonomi digital.

Kelima, penyiapan skema aturan untuk mengontrol praktik perdagangan lintas batas yang tidak sehat. Misalnya, pemerintah perlu memiliki filter dan mekanisme yang jelas untuk mengawasi dan memastikan produk impor melalui e-commerce.

Keenam, transformasi ekonomi yang dirancang untuk mengubah tatanan ekonomi subsistensi menjadi terorganisasi berbasis nilai tambah dan daya saing.