Merangsang Industri Cybersecurity Lokal, Ini Syaratnya!

Richardus Eko Indrajit | Foto: Cyberthreat.id/Oktarina Paramitha Sandy

Jakarta, Cyberthreat.id – Pakar Teknologi Informatika Richardus Eko Indrajit mengatakan, Indonesia harus memiliki strategi besar keamanan siber (cybersecurity) nasional jika memang ingin menjaga kedaulatan siber dan membangun industri cybersecurity.

Menurut dia, strategi itu sangatlah penting karena negara-negara maju juga telah memiliki kerangka kerja soal keamana nsiber. Dengan memilik strategi itu, Indonesia bisa mengetahui komponen apa saja yang harus dipenuhi dan diperbaiki untuk membangun industri keamanan siber, seperti sumber daya manusia, proses, dan teknologi.

Pertama, untuk komponen SDM, kata dia, menjadi tanggung jawab sektor pendidikan baik formal maupun informal. Menurut dia, sejak dini anak-anak harus dilatih dan diberikan literasi keamanan sehingga mereka paham dan sadar pentingnya keamanan di dunia siber.

Untuk pendidikan formal melalui sekolah dan kampus yang memiliki jurusan informatika, sedangkan pendidikan nonformal bisa melalui pelatihan atau belajar secara otodidak.

“Di kampus-kampus yang memiliki program studi informatika, harus membuka jurusan atau bidang studi keamanan siber. Juga, harus tumbuh training di bidang keamanan siber dengan biaya yang tidak mahal. Dengan begitu, SDM kita akan semakin banyak,” ujar dia kepada Cyberthreat.id di Jakarta, Kamis (22 Agustus 2019).

Menurut Indrajit, yang kini masih menjadi kelemahan sebagian besar orang adalah kurangnya kesadaran akan budaya aman pada diri individu.

Kedua, komponen proses ini menyangkut bagaimana menjaga keamanan siber, menjaga privasi, manajemen keamanan, termasuk soal regulasi yang dibuat oleh pemerintah.

Menurut Indrajit, sampai saat ini regulasi yang ada belum bisa memenuhi semua kebutuhan yang berkaitan dengan keamanan siber, regulasi yang ada sifatnya masih sepotong-potong.

Ketiga, komponen teknologi berkaitan dengan produksi yang harus mengikuti aturan tingkat komponen dalam negeri (TKDN), yaitu 50 persen berbahan lokal. Padahal komponen perangkat teknologi yang digunakan dan berhasil ditemukan oleh SDM Indonesia hanya sebagian kecil dan masih banyak barang impor.

“Untuk itu akan sulit jika memaksakan 50 persen tersebut,” kata dia. Menurut dia, soal teknologi menjadi tanggung jawab dari vendor dan juga tenaga penelitian di bidang cybersecurity.

Jika ketiga komponen ini sudah ada dan diberdayakan, menurut dia, industri cybersecurity akan dengan mudah tumbuh dan berkembang di Indonesia.

Redaktur: Andi Nugroho