AI Trash Tawarkan Solusi Teknologi Manajemen Sampah

Booth AITrash dalam Kompetisi OpenVINO Hackathon 2019 di Jakarta, Kamis (22 Agustus 2019). | Foto: Faisal Hafis

Jakarta, Cyberthreat.id - Anda jangan pernah bertanya kepada generasi Millenial mengapa sampah plastik merusak lingkungan. Generasi Milenial memiliki kepedulian lebih tinggi terhadap lingkungan dibanding generasi di atasnya.

Itulah ide awal AI Trash mengembangkan teknologi manajemen sampah plastik. Engineer IoT dan Software AI Trash, Alwin Ar Rasyid, mengatakan solusi yang ditawarkan adalah bagaimana memisahkan sampah plastik dengan sampah lainnya.

Ide itu tampak sangat sederhana namun Alwin mengatakan jika dikembangkan bisa menjadi recycle sampah hingga potensi bisnis. AI Trash mengembangkan Artificial Intelligence (AI) dalam mekanisme dan fungsinya.

"Alat yang kami kembangkan bisa memisahkan antara sampah plastik seperti botol dengan sampah lainnya. Sederhananya begini, AI-nya bisa bedakan sampah," kata Alwin di sela kompetisi OpenVINO 2019 di Jakarta, Kamis (22 Agustus 2019).

Data Foto

Salah satu syarat AI Trash bisa berfungsi dengan baik adalah ketersediaan data. Alwin mengatakan kendala yang ia temui sejauh ini adalah mengumpulkan data foto. Semakin banyak data foto, maka semakin bagus fungsi deteksi AI Trash.

"Kami kan pakai vision sehingga kami harus tag foto sebanyak mungkin untuk mengklasifikasi foto botol dan yang bukan botol. Nah, di Indonesia banyak jenis botol kan. Selain botol kan ada sampah lainnya seperti kertas, kain, sampah plastik," ujarnya.

Saat ini jumlah data foto yang sudah masuk ke dalam prototype AI Trash sekitar 1000 foto yang terdiri dari berbagai macam bentuk sampah. Alwin mengingatkan Indonesia memiliki banyak jenis sampah plastik dan botol.

"Semakin banyak gambar tentu fungsinya makin maksimal. Nanti AI yang kami kembangkan diberi masukkan data-data berupa foto-foto tadi kemudian diberikan kemampuannya klasifikasi," ujarnya.

Pengembangan AI

Alwin mengatakan algoritma basic yang digunakan adalah algoritma yang sudah digunakan Google. Ia kemudian memadukannya dengan algoritma Intel sudah siap pakai di platform OpenVINO.

"Kami juga kembangkan algoritma sendiri terutama untuk kemampuan klasifikasi sampahnya. Memang algoritma dari Google sudah diajarkan untuk membedakan benda-benda seperti kucing, orang atau kendaraan sehingga algoritma kami sesuaikan bisa mengenali karakteristik sampah tadi."

Alwin percaya suatu saat teknologi yang ia tawarkan bakal menghadapi kerentanan. Terlebih, ia telah mempelajari teknologi serupa yang dikembangkan di luar negeri. Salah satu prediksi serangan menurut Alwin adalah DDoS yang bisa membuat perangkat macet dan tidak bisa bekerja.

"Tahun lalu saya sempat baca ada kejadian DDoS menyerang alat seperti kami. Fungsinya hampir mirip-mirip tapi untuk saat ini tentu belum ada celahnya," kata dia.