Agus Prayudi Kembangkan Sistem Pengawasan Illegal Fishing

CEO Surveillance System for Illegal Fishing Agus Prayudi saat mengikuti Kompetisi OpenVINO Hackathon 2019 di Jakarta, Kamis (22 Agustus 2019). | Foto: Faisal Hafis

Jakarta, Cyberthreat.id - Agus Prayudi berhasil menciptakan teknologi Surveillance System for Illegal Fishing (Sistem Pengawasan untuk Penangkapan Ikan Ilegal) yang keluar sebagai lima besar kompetisi OpenVINO Hackathon 2019 di Jakarta, Kamis (22 Agustus 2019).

Agus yang pernah magang di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) mengembangkan framework miliknya dengan platform OpenVINO yang merupakan platform pengembangan Intel Corporation bersama Metrodata Electronics.

"Pengalaman saya magang di Lapan saya kembangkan di sini," kata Agus kepada Cyberthreat.id di sela acara OpenVINO di Jakarta, Kamis (22 Agustus 2019).

Agus mengatakan proposalnya telah diterima oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur. Dalam waktu dekat dia akan bertemu dengan Dinas KKP Jatim untuk mengembangkan teknologi Surveillance System for Illegal Fishing sehingga menjadi solusi dalam menghadapi pencurian ikan di laut Indonesia.

"Saya berharap ini bisa dikembangkan lagi karena Indonesia memang butuh alat seperti ini," ujarnya.

Bisa Memantau Ribuan Kilometer

Agus mengatakan ia mengembangkan teknologi dengan seadanya. Berbekal drone, ia mengklaim teknologi yang dimilikinya bisa memantau laut Indonesia sejauh 30 kilometer karena masih tahap prototype.

Saat magang di Lapan ia pernah melakukan pemantauan lebih luas dengan menggunakan pesawat tanpa awak/UAV dengan cara optimalisasi pada jaringan koneksi. Dengan begitu, kata dia, pemantauan bisa dilakukan sejauh ratusan atau bahkan ribuan kilometer.

Namun, tentu saja hal itu memerlukan pengembangan lebih lanjut dengan biaya tidak sedikit.

"Kalau yang saya punya cuma pakai drone, tapi sebenarnya kalau implementasi pemantauan lebih luas memang bisa misalnya dengan menggunakan pesawat tanpa awak," ujar pria berusia 21 tahun tersebut.

"Pengalaman saya saat magang di Lapan, itu pemantauan dengan pesawat tanpa awak/UAV bisa sampai ratusan kilometer sehingga pengawasan lebih efektif."

Kesulitan Mengumpulkan Data

Salah satu kendala yang dihadapi dalam pengembangan adalah mengumpulkan data kapal-kapal yang beroperasi di laut Indonesia. Data bisa berupa foto, ukuran hingga desain kapal.

Dengan data tersebut, teknologi yang dikembangkan Agus bisa mendeteksi aktivitas kapal misalnya melakukan yang pemancingan hingga melihat bendera yang ada di kapal tersebut.

"Tujuan saya kan mendeteksi ilegal fishing di Indonesia. Nah, untuk mendeteksi tentu teknologi yang saya kembangkan harus memiliki semua gambar dan data tentang kapal yang beroperasi di Indonesia," kata dia.

Sejauh ini data paling banyak ia dapatkan dari internet. Kelemahan data dari internet adalah resolusinya gambarnya sangat kecil sementara teknologi akan bekerja maksimal dalam mendeteksi dengan gambar resolusi tinggi.

"Makanya resolusi yang saya gunakan sekarang lebih banyak untuk kapal-kapal kecil. Itu sebabnya terkadang ada eror karena percikan air lalu dideteksi sebagai aktivitas pencurian ikan."

Agus mengatakan jumlah kapal-kapal kecil yang masuk ke Indonesia untuk mencuri ikan sangat banyak. Dibutuhkan keseriusan Pemerintah untuk membersihkan kapal yang berniat mencuri dan merugikan negara tersebut.

"Dari awal niat saya mengembangkan teknologi ini untuk mengincar kapal pencuri ikan yang jumlahnya banyak sekali."