Ekonomi China Tumbuh Berkat Industri Internet

Ilustrasi | Foto: freepik.com

Cyberthreat.id –  Ekonomi China semakin cepat berkat dukungan perkembangan industri internet yang tumbuh luar biasa di seluruh negeri.

Perusahaan modal ventura Gobi Partners memperkirakan 85 persen perusahaan-perusahaan China mulai menggunakan komputasi awan (cloud computing) dalam menjalankan bisnis dari waktu ke waktu.

Sebagai kekuatan pendorong ekonomi, industri internet yang diadopsi bakal lebih luas dan canggih yang memanfaatkan jaringan nirkabel generasi mendatang, data besar (big data), kecerdasan buatan (AI), dan benda-benda terkoneksi internet (Internet of Things/IoT).

Ada tiga elemen kunci yang mendukung semuanya itu: mesin cerdas, analisis canggih, dan sumber daya manusia. Ketiganya akan membantu perusahaan mengejar tingkat efisiensi, produktivitas, dan kinerja yang lebih tinggi.

“China yang telah menjadi lokomotif manufaktur dunia selama beberapa dekade terakhir, bertekad untuk menggunakan internet untuk meningkatkan semua industrinya,” demikian tulis South China Morning Post, yang diakses Selasa (20 Agustus 2019).

Pemerintah China telah menyiapkan rencana strategi bertajuk “Made in China 2025” yang disusun pada 2015. Arahnya jelas: menjadi pemimpin di industri berteknologi tinggi, termasuk robotika, aerospace, material baru, dan kendaraan energi baru.

Strategi nasional lainnya: Internet Plus. Digagas sejak 2015, program ini menggabungkan internet seluler, komputasi awan, data besar, dan IoT dalam industri manufaktur modern. Pada tahun 2016, Perdana Menteri China Li Keqiang mengumumkan integrasi kedua strategi nasional tersebut untuk memperkuat langkah menuju internet industri.

Michael Zhu Lin, Manajer Mitra Gobi Partner, mengatakan, teknologi virtual reality (VR) dan augmented reality (AR) akan memiliki aplikasi yang lebih luas di bidang manufaktur. Keduanya akan membantu meningkatkan perusahaan domestik  dan menjadi lebih kompetitif secara global.

Pada tahun 2020, China awalnya ingin membangun rantai pasokan VR domestik dasar. Tujuannya untuk memiliki paten VR utama, standar industri dan perusahaan VR yang kompetitif secara global pada tahun 2025.

Pada Juni lalu, Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi China mengatakan, akan mendorong pemerintah daerah di seluruh negeri untuk memperkenalkan lebih banyak langkah guna memacu perkembangan industri ini.

Pengumuman itu datang ketika negara mulai mempersiapkan peluncuran jaringan seluler 5G. Dengan kecepatan data puncak hingga 100 kali lebih cepat dari 4G, jaringan 5G akan dapat mendukung peningkatan jumlah perangkat yang terhubung secara global, serta aplikasi yang berbasis teknologi VR dan AR.

Namun, Zhu prihatin dengan aktivitas modal ventura di China yang diibaratkan "jatuh dari tebing" selama setahun terakhir  karena melemahnya permintaan di pasar mobil dan smartphone di China.

Nilai investasi modal ventura di China anjlok 77 persen menjadi US $ 9,4 miliar pada kuartal kedua dari tahun sebelumnya. Ini karena investor menarik kembali di tengah ketegangan perdagangan AS-Cina dan ekonomi global yang melambat.