Kisah Tragis Bisnis Online di Instagram yang Diserang Hacker

Ilustrasi | Foto: freepik.com

Cyberthreat.id – Bree Kotomah, 23 tahun, hampir menyerah pada karier yang sedang digelutinya sebagai desainer pakaian ketika tiba-tiba akun Instagram bisnis-nya diretas penjahat online (cracker) pada November 2018.

Nasib yang dialami Kotomah setidaknya juga dialami oleh para pebisnis mikor lain di Inggris. Menurut laporan, Asosiasi Profesional Independen dan Wiraswasta (IPSE), setengah dari bisnis mikronya, usaha yang dikembangkan dengan kurang dari sembilan orang, di Inggris telah menjadi korban serangan siber setiap tahun.

Kotomah baru belajar menjahit dan mulai mendesain pakaian sejak tahun lalu. Ketika membuka akun Instagram-nya, ia pun mula dikenal dan memperoleh 5.000 pengikut dalam tujuh bulan, setelah foto gaun yang ia buat menjadi viral.

Pelanggan yang tertarik mengiriminya pesan langsung di Instagram untuk menanyakan harga dan memesannya. Pembayaran mudah dilakukan melalui PayPal dan aplikasi Invoice2go.

Reputasi dirinya pun tumbuh dari mulut ke mulut dan melalui produk pakaiannya di Instagram dan Twitter.

Namun, tiba-tiba semuanya itu terhenti.

"Saya bangun suatu pagi dan akun saya hilang. Saya menerima email dari Instagram yang mengatakan saya telah melanggar beberapa persyaratan dan saya telah melakukan hal-hal tertentu, padahal saya tidak melakukannya," katanya.

"Bisnis saya pada waktu itu adalah mata pencaharian saya. Itulah yang saya lakukan penuh waktu. Saya wiraswasta. Jadi jika saya tidak menghasilkan uang dari bekerja, saya tidak menghasilkan uang sama sekali. Jadi, saya hanya berpikir seperti, 'Apa yang akan saya lakukan?' "

Ia sedih bukan main. Ia pun berhenti mendesain selama dua bulan dan mempertimbangkan pekerjaan lain. Namun, ia mencobanya sekali lagi. Dia memulai akun Instagram baru, belajar lebih banyak tentang menjalankan bisnis, dan membuat situs web yang memamerkan karyanya yang menawarkan pakaian siap pakai.

Desain Kotomah telah dikenakan oleh aktor, penyanyi, influencer media sosial dan artis musik. Kliennya termasuk orang-orang seperti Maja Jama, Nush Cope, Ebonee Davis, Chidera Eggerue, AfroB, Labrinth, Lianne La havas, Wiz Kid dan Mr Eazi.

Pada Januari lalu, ia membuat profil Instagram kedua, dan delapan bulan kemudian ia telah dianugerahi penghargaan Young Freelancer of the Year oleh IPSE.

Pengalaman Kotomah adalah bagian dari tren yang berkembang, bagaimana orang-orang yang sangat bergantung pada media sosial seperti Instagram untuk mempromosikan bisnisnya.

Kisah lain juga dialami oleh Clare Vaughan yang mengelola toko pakaian United Colors of Benetton di Liverpool. Meski berjualan di bawah merek United Colors of Benetton, dia memiliki toko tersebut, dan menggunakan akun Instagram untuk mempromosikan tokonya.

Setelah akun Instagram-nya diambil alih cracker, ia tak bisa berbuat apa-apa. Ia telah lapor ke Instagram, tapi tidak ada solusi. Reputasinya selesai.

"Itu mengerikan, benar-benar mengerikan. Tujuh pekan stres ketika mereka bisa menutup halaman itu secara instan. Ditambah lagi, orang-orang kehilangan kepercayaan pada saya," katanya kepada BBC.

"Kami kehilangan 7.000 pengikut secara instan dan saya mulai dari Oktober hingga sekarang [untuk mendapatkan] hampir 4.000 pengikut [baru]."

"Instagram dan Facebook benar-benar sangat sulit untuk dihadapi karena mereka adalah perusahaan yang berbasis di Amerika."

Seorang juru bicara Facebook, yang memiliki Instagram, mengatakan kepada BBC: "Kami menggunakan langkah-langkah canggih untuk menghentikan peretas sebelum mereka mendapatkan akses ke akun dan kami terus bekerja untuk meningkatkan proses pemulihan kami.”

"Dalam beberapa kasus terjadi peretasan, orang-orang dapat memulihkan akun melalui aplikasi dan situs web dan kami memberi tahu orang-orang jika kami melihat ada perubahan yang tidak sah pada suatu akun," kata dia.

Namun, sebagian pengguna tak semudah itu mendapatkan akunnya kembali.