Serangan Ransomware di Texas Terkoordinasi
Texas, Cyberthreat.id - Serangan ransomware yang melanda Negara Bagian Texas, Amerika Serikat pada Jumat (16 Agustus 2019) dilakukan secara terkoordinasi.
Serangan melumpuhkan 23 entitas sistem Pemerintahan di beberapa kota di Texas. Texas dengan Ibu Kota Austin adalah negara bagian terbesar kedua di AS setelah Alaska berdasarkan jumlah penduduk dan luas wilayah.
Berita sebelumnya menyatakan Badan Keamanan negara bagian Texas telah berkoordinasi dan berkolaborasi untuk memulihkan sistem yang terkena dampak. Sebagian besar sistem yang diserang milik pemerintah daerah setempat yang melayani kepentingan publik.
"Bukti-bukti yang kami kumpulkan menunjukkan serangan datang dari satu aktor ancaman tunggal," kata Departemen Sumber Daya Informasi (DIR) Texas yang dirilis Sabtu (17 Agustus 2019) waktu setempat.
"Investigasi ke sumber serangan sedang berlangsung, tapi respon dan pemulihan adalah prioritas kami saat ini."
Ransomware adalah software berbahaya yang dapat mengunci file maupun dokumen berharga. Sesuai namanya "ransom"/tebusan, file atau dokumen baru bisa dibuka setelah korban membayar tebusan.
Masalah tidak berhenti sampai di situ. Ketika korban bersedia membayar, maka yang keluar malah tebusan lain sehingga file akhirnya hancur atau rusak jika dilakukan berkali-kali.
Serangan ransomware yang terkenal dan menghebohkan dunia terjadi pada Mei 2017 dikenal dengan WannaCry, kemudian berlanjut dengan serangan NotPetya pada tahun yang sama.
Kedua serangan itu melumpuhkan sistem layanan masyarakat seperti rumah sakit, bank, perusahaan finansial, komputer kantor dan pemerintah di beberapa negara di dunia.
Konferensi Walikota AS pada Juli 2019 menyatakan pemerintah kabupaten/kota di AS mengalami 22 serangan Ransomware sepanjang tahun 2019. Pada April serangan hacker jahat melumpuhkan sistem komputer pemerintahan di Albany, New York.
Kemudian pada bulan Juni peretas menyerang dengan menggunakan Ransomware ke dua kota di Florida: Lake City dan Rivera Beach. Dewan kota di kedua kota tersebut sepakat membayar uang tebusan yang berjumlah lebih dari 1 juta USD.
Identitas agen dan institusi yang terkena dampak serangan tidak diungkapkan termasuk detail tebusan, tetapi pihak berwenang mengatakan sistem yang dioperasikan oleh negara bagian Texas tidak terpengaruh.