Uganda-Zambia Bantah Sewa Huawei untuk Mata-matai Oposisi

Ilustrasi | Foto: freepik.com

Cyberthreat.id – Pemerintah Uganda membantah tuduhan telah meretas jaringan komunikasi terenkripsi dari anggota parlemen juga musisi Bobi Wine. Wine dikenal sebagai oposisi pemerintah yang selalu keras dengan kritik-kritiknya.

Kabar peretasan itu muncul pertama kali dalam laporan The Wall Street Journal pada 15 Agustus lalu. Laporan itu menyebutkan bahwa pemerintah Uganda menyewa teknisi Huawei untuk menyusup ke grup WhatsApp bernama Firebase crew. Bobi Wine belum mengomentari laporan itu.

Pemerintah akhirnya menggagalkan rencana mobilisasi massa yang tadinya akan melakukan aksi jalanan. Bobi Wine dan sejumlah pendukungnya pun ditangkap pemerintah.


Berita Terkait:


Huawei pun membantah keras tudingan yang dinilainya tidak akurat dan berdasar itu. Mereka juga menampik tuduhan bahwa para wakilnya terlibat dalam operasi pengumpulan-intelijen serupa di Zambia dan Aljazair.

"Investigasi internal kami menunjukkan dengan jelas bahwa Huawei dan karyawannya tidak terlibat dalam aktivitas apa pun yang dituduhkan. Kami tidak memiliki kontrak, atau kemampuan, untuk melakukannya," tulis Huawei dalam pernyataannya seperti dikutip dari The Telegraph.

Sistem CCTV

Laposan WSJ menuding Huawei telah memasok sistem kamera CCTV baru senilai US$ 126 juta ke Uganda, yang telah dipuji oleh polisi di sana sebagai proyek yang akan memangkas kejahatan dengan kekerasan.

Namun, para pemimpin oposisi telah menuding polisi bisa menggunakan kamera, yang memiliki teknologi pengenalan wajah (facial recognition).

Ingrid Turinawe, pemimpin di Forum untuk Perubahan Demokratis, partai oposisi terbesar di Uganda, mengatakan, proyek CCTV itu hanyalah, “Alat untuk melacak kami, memburu kami, dan menganiaya kami," kata dia.

Meluasnya kejahatan telah memicu kemarahan publik terhadap Presiden Uganda Yoweri Museveni (74) yang telah berkuasa sejak 1986 dan diperkirakan masih maju untuk lima tahun lagi pada 2021.

Huawei juga telah menjual sistem CCTV ke Zambia, Kenya dan Mesir, di mana para aktivis politik telah mengemukakan keprihatinan serupa atas privasi.

Bobi Wine telah menjadi anggota parlemen selama dua tahun dan menggambarkan dirinya sebagai pemimpin orang miskin dan menyuarakan tentang keadilan sosial dan demokrasi.

Dia bermaksud untuk melawan Presiden Uganda Yoweri Museveni dalam pemilihan 2021. Museveni telah berkuasa sejak 1986, dan sedang mencari jabatan keenam.

Sementara itu, Juru bicara pemerintah Uganda Ofowno Opondo mengatakan kepada BBC Focus di Africa TV bahwa tuduhan itu salah.

"Di Uganda kami menjalankan sistem demokrasi yang transparan. Politisi oposisi berbicara secara terbuka ... tidak perlu menggunakan metode curang untuk mengetahui apa yang mereka katakan," kata dia.

Ketika ditantang bahwa Uganda telah dituduh memata-matai lawan di masa lalu, Opondo mengatakan, akan selalu ada “apel buruk” dalam sebuah sistem.

Pada 2015, BBC melaporkan pemerintah Uganda menggunakan teknologi pengawasan yang digunakan untuk menghancurkan dan berpotensi memeras lawan. Laporan itu dibantah oleh pemerintah saat itu.

Zambia juga menolak laporan WSJ yang juga menuding pemerintah Zambia memata-matai lawan politiknya.



Menteri Informasi dan Pelayanan Penyiaran Zambia Dora Siliya dalam akun Twitter-nya (@Dora_Siliya) mengatakan, bahwa artikel yang ditulis WSJ tentang aksi mata-mata pemerintah terhadap lawan politiknya adalah jahat.

“Kami membantahnya, ini penghinaan. Zambia adalah negara hukum dengan Konstitusi yang menjamin hak-hak privasi warga negara...,” tulis Dora yang juga juru bicara pemerintah tersebut.

Sejauh ini belum ada bukti dalam artikel WSJ bahwa para eksekutif Huawei di China mengetahui apa yang terjadi di Afrika.