Keperluan Data Center Besar, Edukasi Perlu Digalakkan

Konferensi pers Metrodata Solutions Day 2019 di Jakarta | Foto: Rahmat Herlambang

Jakarta, Cyberthreat.id - Presiden Direktur PT Metrodata Electronics, Susanto Djaja, mengatakan Indonesia perlu menggalakkan penggunaan Enterprise Resource Planning (ERP) bagi perusahaan dan institusi.

Saat ini, kata dia, banyak pebisnis, masyarakat bahkan startup tidak mengetahui atau belum paham kegunaan ERP yang bisa meningkatkan keuntungan dan membuat segala pekerjaan menjadi efektif.

"Langkah pertama menurut saya adalah perusahaan harus punya ERP dulu karena kalau enggak ada susah bicaranya. Buat apa bicara Big Data dan yang lainnya kalau masih manual," kata Susanto Djaja saat konferensi pers Metrodata Solutions Day 2019 di Jakarta, Kamis (15 Agustus 2019).

Setelah ERP diterapkan terbuka jalan untuk memilih yang on premise atau on cloud. Pada tahap ini, kata dia, perlu dilakukan edukasi intensif bahwa menerapkan ERP ternyata tidak cukup hanya proses dari backend sampai frontend lalu penjualan/bisnis selesai.

Perusahaan atau pengguna harus diingatkan perlunya solusi tahap lanjut seperti layanan customer relations management, human resource managementBig Data, Cloud, security, IoT dan lain-lain.

"Jadi, hari ini saya kira ada perusahaan di Indonesia yang sudah advanced, ada yang menegah dan ada yang baru memulai ERP. Kalau ditanyakan ke saya, maka saya jawab masih banyak yang belum memulai. Disitulah peluang Big Data dan Analytics ke depan," ujarnya.

Enterprise Resource Planning (ERP) adalah paket sistem dan software yang digunakan oleh perusahaan untuk mengelola kegiatan bisnis harian mereka. Seperti pengelolaan keuangan, SDM, pengadaan, keuangan dan lain-lain.

ERP dapat memfasilitasi bisnis dengan informasi real-time dan akurat sehingga pebisnis dapat menghasilkan keputusan bisnis dengan baik berdasarkan data-data yang dihasilkan.

Vice President Secure Power Business Schneider Electric, Yana Achmad Haikal, mengatakan edukasi terhadap data center yang prospektif perlu digalakkan. Indonesia, kata dia, belum memiliki regulasi terkait infrastruktur data center sehingga edukasi begitu penting.

"Kami sekarang praktik melakukan edukasi terhadap data center yang prospektif itu seperti apa. Hal kecil saja kadang tidak diperhatikan misalnya pakai AC, tapi dipasang di atas server, sehingga kalau ada kebocoran kan bahaya. Dari sisi struktur cabling juga," ujar Yana.

Pengetahuan soal data center bertumbuh seiring menjamurnya startup dan UMKM Go Digital di Indonesia. Fakta inilah yang membuat kebutuhan data center begitu tinggi yang berimbas kepada salah satunya pertumbuhan Big Data dan Analytics.

Namun, pekerjaan ini harus dilakukan lewat partnership termasuk dengan pemerintah.

"Kami bahkan sudah mengadakan edukasi dengan regulator misalnya diskusi dengan Kominfo. Bagaimana mana sih data center yang baik untuk jajaran pemerintahan dan sebagainya."

Saat ini Indonesia sedang mengembangkan standarisasi untuk data center di Indonesia. Menurut Yana, standarisasi itu akan mengacu aturan global, tapi untuk bisa berfungsi dengan baik di Indonesia perlu adaptasi.

"Jadi, Indonesia pelan-pelan lah ya."

Director Intel APJ Teritory, Arunava Chakrabarty, mengatakan akan membawa konsep Market Ready Solutions (MRS) ke Indonesia. MRS, kata dia, adalah memindahkan kesuksesan layanan di negara lain, seperti China, lalu di bawa ke Indonesia.

"Misalnya sensor IoT dari Intel yang akan kami bawa ke Indonesia. Kami menyadari potensi besar Indonesia dalam mengadopsi AI, IoT dan sebagainya karena percepatan digital begitu cepat," ujarnya.