Data Breach Capital One Khawatir Serangan Siber

Freepik

California, Cyberthreat.id - Kasus kebocoran data yang dialami perusahaan raksasa jasa keuangan Capital One di Amerika Serikat (AS) telah menimbulkan kekhawatiran terjadinya serangan lebih besar. 

Kini, sejumlah perusahaan sangat berhati-hati dalam melakukan transisi dengan mengikuti/mempelajari sejumlah insiden keamanan tingkat tinggi.

Joseph Blankenship, direktur riset pasar sebuah perusahaan keamanan dan risiko, mengatakan pelanggaran data Capital One adalah peringatan bagi perusahaan/organisasi di seluruh dunia.

"Kebocoran data itu akan terus menerus di investigasi kemudian dipelajari. Bagaimanapun, data-data itu mungkin sudah ada yang bisa diakses orang lain," kata Blankenship dilansir FT.com, Rabu (31 Juli 2019).

Pembobol data diketahui seorang wanita. Di akun Twitternya yang kini sudah terkena suspensi, pelaku Paige Thompson berusia 30 tahun. Ia mantan karyawan Amazon Web Services (AWS) yang menyediakan servis cloud untuk Capital One.


Baca: Data Bukalapak Terbuka, 13 Juta Akun Bocor?

Baca: Data Breach Mengundang Serangan Siber


Pakar IT Vaksincom, Alfons Tanujaya, mengatakan kemampuan mengolah Big Data bisa menjadi serangan siber. Data, kata dia, bisa diolah menjadi sesuatu yang sangat berharga, tapi sebaliknya data juga bisa menjadi sesuatu yang sangat berbahaya.

Ambil contoh jika data Dinas Kependudukan bocor lalu disalahgunakan bikin akun palsu di media sosial untuk menyebar hoaks atau pun KTP palsu untuk mendaftar nomor telepon baru.  

Di Amerika Serikat (AS), ujar dia, salah satu pembobolan data yang berujung dengan kemunculan berbagai serangan siber adalah Cambridge Analytica seperti menimbulkan kampanye jahat di media komunikasi seperti email dan medsos.

"Database kependudukan dalam jumlah masif di tangan orang yang pintar dan jago, tapi memiliki niat buruk, itu bisa menimbulkan potensi ancaman siber. Dari situ bisa muncul skenario-skenario luar biasa."