Aplikasi Facetune Raih Pendanaan US$ 135 Juta

Aplikasi Facetune | Foto : Featureloka

Jakarta,Cyberthreat.id - Facetune, aplikasi pengeditan foto yang membuat wajah pengguna menjadi lebih keren dan cakep, mengumumkan telah mendapatkan pendanaan seri C senilai US$ 135 Juta.

Seri pendanaan terbaru ini dipimpin oleh investor  Goldman Sachs dan Insight Partners atau ClalTech. Pendanaan ini disuntik melalui perusahaan pengembang Facetune, Lightricks, yang berbasis di Tel Aviv, Israel.

Seperti diakses dari TechCrunch, Rabu, (31 Juli 2019), selain Facetune, Lightricks juga memiliki dua divisi perusahaan lainnya, yaitu  Enlight, dan Swish.

Pendiri dan CEO Lightricks Zeev Farbman, mengatakan, Lightricks telah memiliki 180 juta unduhan di seluruh aplikasi berbayarnya, termasuk Facetune. Untuk setiap unduhaan, pengguna wajib membayar sekitar US$ 3,99.

“Pendanaan terbaru ini, menjadikan Lightricks mendapat otal pendanaannya mencapai US$ 205 juta hingga saat ini. Dana terbaru akan digunakan untuk membuat lebih banyak alat dan fitur pada Facetune. Selain itu, kami juga berencana untuk mulai mengakuisisi perusahaan secara strategis,” kata Farbman.

Penilaian Pengguna Facetune

Tahun lalu, seorang model sekaligus selebriti Chrissy Teigen mencuit tentang aplikasi Facetune pada akun Twitternya. Dalam cuitannya, dia mengatakan, Facetune  mengambil foto terlalu jauh, sehingga hasilnya dinilai spekulatif.

“Saya tidak tahu seperti apa kulit yang sebenarnya lagi. Semua orang terlihat seperti lukisan cat minyak,” Tweet Teigen.

Bahkan, ada pengguna lain yang juga mengeluh, bahwa mereka tidak menyadari, ketika mereka memperbarui aplikasi, mereka kehilangan beberapa fitur yang sebelumnya tersedia untuk mereka.

Farbman kemudian menjawab, dan meliat bahwa perusahaan sedang melihat dirinya sebagai mendemokratisasikan sentuhan ulang (retouching) melalui aplikasi tersebut. Bahkan, perusahaan mengedukasi pengguna tentang seberapa kuat pemrosesan gambar bisa terjadi.

"Jika Anda kembali 10 tahun yang lalu, sebelum perangkat lunak pemrosesan gambar seluler tersedia untuk semua orang, orang tidak mengerti bahwa orang yang mereka lihat di sampul majalah telah mengalami proses pemotretan foto,” tulis Farbman.