Pengembang TikTok Berencana Produksi Smartphone Sendiri
Beijing, Cyberthreat.id – ByteDance, perusahaan induk aplikasi video, TikTok, merencanakan untuk memproduksi smartphone sendiri.
Perusahaan yang berpusat di Beijing, China itu, berencana mengembangkan smartphone sebagai bagian dari kesepakatan dengan Smartisan Technologies.
“Smartphone ini kelanjutan dari rencana Smartisan sebelumnya, yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan basis pengguna Smartisan lama," kata juru bicara ByteDance kepada Reuters seperti dikutip dari The Telegraph, yang diakses Selasa (30 Juli 2019).
Ponsel buatan ByteDance telah dikembangkan selama tujuh bulan dan dikelola oleh Wu Dezhou, mantan eksekutif Smartisan.
Mei lalu,The Telegraph melaporkan, bahwa ByteDance juga berencana untuk mengembangkan perangkat keras pendidikan setelah mengakuisisi karyawan dan paten dari Smartisan Technologies.
Rencana tersebut menunjukkan bahwa ByteDance mulai memperluas di luar inti bisnisnya, dari aplikasi beralih ke perangkat keras.
Seperti diketahui, ByteDance telah merilis beberapa produk perangkat lunak pendidikan, termasuk Gogokid, layanan bimbingan online untuk mengajar Bahasa Inggris kepada anak-anak China.
Perusahaan juga telah meluncurkan aplikasi bernama Haohao Xuexi, yang diterjemahkan sebagai "Studi Keras”, yang menyediakan akses ke konten berbayar termasuk saran karier.
Mengembangkan ponsel dan perangkat edukasi memungkinkan ByteDance untuk prainstal aplikasinya sehingga meningkatkan jumlah pengguna aplikasinya.
Jumlah pengguna aktif TikTok telah berkembang menjadi setengah miliar, dengan sekitar 40 persen dari luar China. Di Inggris saja diperkirakan mencapai 3,7 juta pengguna. Di Indonesia,menurut SVP Bytedance, Zhen Liu, saat bertemu Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara di Jakarta, 4 Juli 2018, jumlah pengguna aktif TikTok telah mencapai 10 juta pengguna..
Awal Juli ini, ByteDance dikabarkan membeli perusahaan kecerdasan buatan (AI) asal Inggris, Jukedeck. Perusahaan telah mengembangkan teknologi yang menggunakan AI untuk secara otomatis menghasilkan musik, menghilangkan keharusan membayar royalti penulis lagu ketika musik digunakan.
Ed Newton-Rex, pendiri Jukedeck, mengatakan di LinkedIn bahwa ia menjalankan laboratorium AI ByteDance di London. ByteDance juga bersiap untuk merilis layanan streaming musiknya sendiri dan dilaporkan bersiap untuk merilis layanan di India tahun ini.