Kasus Mata Uang Kripto, Warga Rusia Digugat Rp 1,4 Triliun
California, Cyberthreat.id – Alexander Vinnik, warga Rusia, digugat denda sebesar US$ 100 juta atau sekitar Rp 1,4 triliun atas dugaan kejahatan kriptokurensi (cryptocurrency) senilai US$ 4 miliar (Rp 56 triliun).
Vinnik yang ditangkap pada 4 Juli 2017 di Yunani dan diekstradisi ke California, Amerika Serikat masih melawan agar bisa diekstradisi ke Rusia.
Otoritas Kejaksaan California menuding Vinnik melancarkan kejahatannya itu menggunakan perusahaan penukaran mata uang kripto miliknya, BTC-e.
Vinnik membantah tuduhan yang diajukan jaksa penuntut. Ia mengatakan, bahwa dirinya hanyalah seorang teknisi dan BTC-e adalah salah satu kliennya.
“Saya tidak ada kaitannya dengan apa yang dituduhkan kepada saya. AS menculik warga Rusia melalui negara ketiga,” kata dia seperti ditulis Bloomberg, yang diakses Minggu (28 Juli 2019).
Menurut dokumen pengadilan yang diajukan pada 25 Juli di Distrik Utara California, BTC-e dan Vinnik disangkakan terlibat dalam kejahatan konspirasi, pencucian uang, transaksi moneter ilegal, dan mengoperasikan pertukaran uang tanpa izin.
Secara keseluruhan, tulis CoinDesk, Vinnik dijerat 17 tuduhan pencucian uang dan dua tuduhan transaksi moneter ilegal. Pemerintah menuduh BTC-e dan Vinnik terlibat dalam jaringan pencucian uang dan menyimpan dana untuk beberapa organisasi kriminal yang terlibat dalam industri mata uang kripto.
BTC-e didirikan Vinnik di Siprus, Timur Tengah dan Seychelles, negara kepulauan di Afrika Timur. Pengguna California selain dari negara lain, menggunakan perusahaan tersebut sebagai tempat untuk memperdagangkan Bitcoin dan mata uang kripto lainnya.
Tidak seperti banyak pertukaran crypto yang sah, tulis CoinDesk, dalam transaksi di BTC-e pengguna bisa berstatus anonim untuk membeli dan menjual Bitcoin dan mata uang digital lainnya. “Siapa pun, di mana saja, diizinkan untuk beroperasi di platformnya tanpa, bahkan, informasi pengenal yang paling dasar,” tulis CoinDesk.
Selama enam tahun berdiri, BTC-e melayani sekitar 700.000 pengguna yang memperdagangkan lebih dari US$ 296 juta melalui lebih dari 21.000 transaksi Bitcoin, belum lagi koin lainnya. Meski tidak semua klien BTC-e adalah penjahat, para peneliti menulis: "sebagian besar bisnis BTC-e berasal dari dugaan aktivitas kriminal."