Gara-gara Fintech, Pegadaian Rambah Digitalisasi
Cyberthreat.Id- PT Pegadaian (Persero) menyiapkan strategi baru menghadapi era digitalisasi. Persaingan yang ketat, dan perkembangan teknologi yang bergerak cepat, memaksa salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN)itu berbenah agar bisa bertahan.
Direktur Pemasaran dan Pengembangan Produk Pegadaian Harianto Widodo mengatakan, perkembangan industri 4.0 yang merupakan era digitalisasi, otomasi, dan penggunaan kecerdasan buatan (AI), membuat pola bisnis pegadaian yang tradisional harus berubah. Pasar milenial yang kini bertumbuh pesat harus mampu diikuti.
"Model gadai tradisional itu sudah turun pertumbuhannya, karena ada perilaku milenial. Di samping juga semakin banyaknya pemain di industri gadai," kata Harianto kepada wartawan di Yogyakarta, Jumat, 26 Juli 2019.
Harianto bilang, berkembangnya teknologi finansial alias fintech dengan layanan peer to peer (P2P) lending, membuat persaingan industri gadai semakin ketat. P2P lending adalah platform yang memungkinkan seseorang langsung meminjam dana dari orang individu lain, dan perusahaan penyedia platform mendapat komisinya.
Selain itu, kata Harianto, perubahan regulasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang kini membolehkan lembaga pembiayaan (multifinance) memberikan layanan refinancing (sebelumnya hanya pembiayaan kendaraan saja) juga turut berpengaruh.
"Jadi regulasi di industri perbankan, multifinance, gadai, semakin lama overlap-nya semakin tinggi. Artinya ujung-ujungnya siapa yang mempunyai layanan terbaik, dan yang harganya kompetitif maka akan eksis di industri itu," tambah Harianto.
Menyadari hal itu, kata dia, Pengadaian pun merancang strategi baru yang disebut G-Star. Ada lima poin yang jadi fokus utamanya.
Pertama, grow core yaitu fokus di bisnis utama sebagai pemain industri gadai. Kedua, grab new yaitu mengembangkan bisnis-bisnis baru.
"Termasuk pengembangan di Syariah yang terima agunan tanah. Secara ketentuan ini dibolehkan," katanya.
Ketiga, groom talent yaitu meningkatkan kualitas pekerja di perseroan. Lalu Gen Z Technology yaitu mengembangkan bisnis pegadaian dengan digitalisasi, sehingga bisa mengimbangi perkembangan teknologi.
Terakhir, great culture sebagai fundamental mendasari semuanya. Tanpa kultur yang baik dan dipahami semua elemen maka hasil (transformasi) akan kurang optimal," pungkas Harianto.
Catatan Cyberthreat.Id, Bank Indonesia baru-baru ini merilis transaksi pembayaran digital mencapai Rp47,19 triliun sepanjang 2018. Angka tersebut mengalami peningkatan hingga 400 persen dibanding nilai transaksi digital pada 2017 senilai Rp12,37 triliun.
Riset Morgan Stanley juga menemukan fakta tak jauh beda. Diperkirakan, transaksi non-tunai akan mencapai Rp700 triliun pada 2027.
Transaksi digital bertumbuh berkat kehadiran layanan perusahaan teknologi finansial (tekfin) yang menyentuh 55 persen. Pencapaian tersebut sudah melampaui kenaikan transaksi digital e-commerce (47 persen), bank (41 persen), dan operator seluler (33 persen).[]