Wawancara Davian Omas, Managing Director Oracle Indonesia
Adopsi Cloud di Indonesia Belum Masif
Jakarta,Cyberthreat.id- Tren penggunaan cloud secara global terus meningkat. Indikasinya dapat dilihat dari menjamurnya vendor cloud yang menawarkan jasa penyimpanan di cloud. Ada vendor-vendor kenamanaan yang memang sudah bergerak di bisnis cloud sejak lama, seperti Oracle, lalu Google, Amazon dan lainnya.
Selain itu, muncul juga nama-nama baru seperti, Apple yang juga sudah menyediakan jasa cloud, lalu Samsung juga melakukan hal yang sama. Padahal bisnis inti mereka adalah, smartphone dan perangkat komputer.
Tak hanya itu, tren penggunaan cloud secara global dinilai akan terus booming ke depannya, seiring dengan kebutuhan akan penyimpanan data.
Pasalnya, data tidak hanya dimiliki oleh pribadi, orang-orang perorang, tetapi juga dimiliki oleh perusahaan, pemerintah, dan lembaga publik lainnya. Kapasitas data juga terus tumbuh setiap waktu. Sehingga, cloud akan jadi solusi penyimpanan data ini.
Lalu, bagaimana di Indonesia? Di Indonesia ternyata masih belum masiv, seperti tren global pada umumnya, seperti di Amerika Serikat, Eropa, Jepang, dan Korea.
Orang Indonesia, ternyata masih melihat terlebih dahulu, apa yang dilkaukan oleh orang lain. Misalnya, sebuah perusahaan mau mengadopsi cloud, dia harus melihat dulu, apakah perusahaan sebelah sudah memakai atau belum? Jika sudah, maka dia juga turut adopsi. Jika, belum, maka dia juga belum mau adopsi. Selalu melihat pembanding, atau barometer, sebelum mengadopsi cloud.
Nah, untuk lebih detail terkait tren penggunaan cloud, secara global maupun di Indonesia, berikut petikan wawancara dengan Davian Omas, Managing Director Oracle Indonesia, ketika ditemuai redaksi Cyberthreat.id di Jakarta, Rabu, (24 Juli 2019). Berikut petikan wawancaranya:
Bagaimana tren adopsi cloud secara global?
Growth-nya sangat tinggi. Dari tahun ke tahun itu, orang melihat cloud menjadi satu solusi. Apalagi perusahaan, terutama startup company, dan segala macam.
Ngapaian mereka harus beli hardware dan segala macam? Mereka sudah berpikir, ngapaian saya harus punya orang IT? Saya hanya pakai, bayar, bulanannya berapa, tahunan berapa? Udah. enggak pusing upgrade dan segala macam.
Yang penting saya punya data, Ok. Di dunia, ini luar biasa. Di Apple, kalau mau simpan ada Apple cloud. Sekarang di Samsung, juga ada smasung cloud, dan sebagainya. Jadi memang tren mengarah ke sana.
Karena efisiensi, dan juga orang-orang yang pakai cloud itu jadi tidak terbebani. Udah serahkan kepada salah satu vendor yang urus. Anda fokus di inovasi produknya Anda. Misalkan di makanan, yah fokus di core bisnis makanan Anda. Gak usah fokus di IT.
Tren ini akan lebih cepat lagi, kalau pemerintah membuka keran itu. Misalkan, data dan sebagainya. Sekarang kan enggak terbatas kalau sesorang menggunakan cloud. Gak ada masaalah kalau misalkan saya punya divisi Human Resources (HR), saya cloud-kan juga enggak masaalah. Sedangkan gajinya saya simpan di internal. Gak masaalah juga. Dan banyak lagi, misalkan transportasi managemen dan sebagainya. Taruh aja di cloud, ngapain repot?
Di kita (Oracle) ada JNE yang taruh di cloud kita. Karena buat mereka, bisa hemat cost, enggak pusing dengan orang-orang DBE dan sebagainya. enggak pusing dengan hal-hal begitu lagi.
Kecuali, core sistem-nya mereka. Misalkan, core banking, karena bank itu punya core banking. Dan core banking itu, saya yakin gak akan di-cloud-kan. Tetapi di sekitarnya, semua pasti, pelan-pelan di cloud. Karena akan sangat menguntungkan.
Soal kemanan cloud bagaimana?
Kan penyedia cloud itu punya SLA (Service Level Agreement). Kita menjamin, data Anda aman, dengan level yang sedemikian rupa. Lagipula, data anda di-encription. Jadi Anda enggak bisa buka. Yang bisa buka hanya yang berkepentingan.
Jadi, saya kira kita sudah memikirkan jauh ke arah sana. Mungkin di tiap vendor yang lain juga sudah begitu. Oracle sendiri misalnya, punya leveling untuk password itu banyak sekali, dari user, dari aplikasi, dari database, itu ada tingkatan-tingkatannya. Apalagi di cloud.
Kita juga sudah memikirkan, titik-titik kelemahan. Dengan machine learning (ML), dan Artificial Intelligent (AI) itu membantu untuk men-secure kita punya aplikasi, data, dan sebagainya. Di security itu ada standar ISO. Jadi semua pasti pakai standar itu.
Adopsi cloud di Indonesia, sudah cukup masiv atau masih belum?
Indonesia kadang-kadang menunggu. Menunggu si anu, makai apa enggak nih? Ada barometer. Pasti. Kalau banking, misalnya, BCA dan Mandiri nih. Kalau di telekomunikasi company, dilihat Telkomsel pakai apa nggak?
Kalau Masiv, saya rasa belum. Belum sebanyak di North Amerika. Enggak sebanyak di Jepang, Korea, di Eropa dan sebagainya. Karena itu tadi, ada keterbatasan policy, atau UU di Indonesia. Mereka masih takut, karena ada yang abu-abu nih. Data apa saja, yang boleh ditaruh di sana? Kan masih ragu-ragu.
Masa iya sih, data karyawan saya sendiri, gak boleh taruh di sana (cloud)? Boleh dong kalau di cloud. Nah kalau financial, data customer, yah gak boleh. Kita mesti keep, jangan sampai bocor.
Saya rasa perusahaan-perusahaan harus lebih jeli melihat, bahwa yang ini enggak ada relasi dengan sesuatu. Kalau pun bocor enggak ada relasi apa-apa kok. Kan begitu. Mesti jeli juga. Yang ini bisa dan yang itu enggak bisa.
Di sisi lain, Pemerintah juga harus melihat juga tren global untuk IT itu seperti apa. Mudah-mudahan dengan lebih jelas, apa aja yang bisa ditaruh di cloud dan yang enggak bisa ditaruh di cloud, mungkin bisa membuat pangsa pasar cloud di Indonesia makin bertumbuh.
Sektor apa saja di Indonesia yang paling banyak pakai cloud?
Privat sektor lebih banyak, startup company, ecommerce dan sebagainya. Services juga banyak. Kalau company besar, mungkin saya lihat agak kurang. Apalagi publik sektor. Sekarang ini memang saya lihat, pasti yang lebih banyak itu di privat. Tetapi bukan di finansial institusi, juga bukan di government. Tetapi kalau hospital, hotel, mungkin sudah banyak ke cloud.
Bagaimana Strategi Oracle, sehingga banyak yang adopsi cloud di Indonesia?
Tiap tahun kita adakan oracle cloud event. Supaya masyarakat tahu, bahwa oracle punya ini (cloud). Caranya supaya bisa membuat orang lebih confidence. Oleh karena itu, kita buat event, sharing ke mereka.
Kedua, kita Business to Bussines (B2B), join planning session dengan perusahaan lain. Apa sih yang anda butuhkan? Kita punya produk seperti ini yang bisa kita bantu. Jadi begitu caranya. Lalu edukasi.
Ketiga, tergantung pada infrastruktur di Indonesia. Internet dan sebagainya. Keempat, regulasi dari pemerintah. Saya kira yang dua kita bisa lakukan, dua yang terkahir kita menunggu dari pemerintah.
Redaktur: Arif Rahman