Parah! Anak-anak Terpapar Konten Pornografi Online di Usia 9 Tahun
Cyberthreat.id – Pornografi di internet benar-benar mengerikan. Survei menunjukkan, anak-anak terpapar materi pornografi secara online sejak usia sembilan tahun.
Survei terhadap 1.000 anak-anak usia antara 16-21 tahun itu dilakukan oleh Children's Commissioner for England, badan publik nondepartemen di Inggris yang mengampanyekan dan melindungi hak-hak anak di Inggris.
Hasil surve juga menggambarkan seperempat dari mereka pertama kali melihat pornografi di internet saat masih di sekolah dasar dan separuh anak-anak menontonnya di usia 13 tahun.
"Ini sungguh memprihatinkan," kata Komisaris Dame Rachel de Souza, dikutip dari BBC, diakses Rabu (1 Februari 2023).
Namun, sebagian dari anak-anak juga melihat konten dewasa itu karena ketidaksengajaan. Salah satu responden mengaku melihatnya ketika umur delapan tahun, seperti dituturkan oleh orangtuanya, Joanne Schneider.
Padahal, kata Schneider, telah mengaktifkan fitur keamanan normal, bahkan menghapus aplikasi YouTube. "Tak tebersit sedetik pun bahwa anak saya bisa berada di sebuah situsweb hiburan dewasa dalam beberap detik," katanya di London.
Ia sangat terkejut dan lalu menutup situsweb tersebut dengan memberikan penjelasan secara mudah kepada anaknya. "Saya harus menjelaskan semuanya, bahwa apa yang dilihatnya adalah buatan dan jauh dari apa yang terlihat seperti sungguhan," katanya.
Menjurus kekerasan
Yang miris adalah dari usia 18-21 tahun, lebih dari separuh responden (79 persen) melihat pornografi yang bercampur dengan kekerasan seksual. Bahkan, hampir setengah dari remaja itu mengaku cewek mengharapkan seks dengan melibatkan agresi fisik, seperti menyumpal saluran napas.
Bahkan, responden berusia 12 tahun mengatakan pacarnya telah mencekik dirinya saat ciuman pertama karena melihat hal itu sebagai "kewajaran" di konten pornografi.
Melihat kondisi tersebut, Komisi mendorong agar orang-orang dewasa harus bertanggung jawab dengan kondisi anak-anak. Rancangan Undang-Undang Keamanan Online yang sedang digodok harus benar-benar bisa melindungi anak-anak dari pornografi internet.
"Seharusnya anak-anak kecil tidak tesandung pornografi di media sosial," ujar Dame Rachel.
"Saya merasa ngeri dengan konten-konten yang terekspose oleh anak-anak. Pornografi online tidak setara denga majalah. Konten dewasa yang mungkin diakses orangtua di masa muda mereka dapat dianggape 'aneh' dibandingkan dengan dunia pornografi online saat ini," ia menambahkan.
Ia mendorong agar orangtua benar-benar menjaga aktivitas online anak-anak mereka juga memberitahukan tentang ancaman konten dewasa secara benar—bahwa hal-hal semacam itu tidaklah tepat untuk dilihat.
Dame Rachel meyakini bahwa pembatasan pornografi online tak cukup melalui orangtua, tapi juga pernah pemerintah. Ia sangat berharap RUU Keamanan Online yang bakal dibahas pekan ini memasukkan langkah-langkah yang lebih ketat terhadap pembatasan usia di media sosial.
Twitter adalah sumber utama pornografi bagi kalangan anak muda, tulis survei tersebut. Sebanyak 41 persen responden mengaku telah mengakses konten dewasa di platform yang kini dimiliki oleh bos Tesla, Elon Musk itu.
Selain itu, situs-situsweb pornografi, Instagram, Snapchat, dan mesin pencari.
Penyedia teknologi keamanan VerifyMy, Andy Lulham, mengatakan, hasil survei tersebut sangat mengkhawatirkan, tapi tidak mengejutkan. "Karena tidak ada yang bisa menhentikan anak-anak mengakses pornografi dan materi ekstrem lain secara online," tuturnya.
"Masalah tersebut sudah terlalu lama ada, sudah waktunya bagi politisi, regulator, dan swasta untuk bersatu dan membantu melindungi anak-anak—golongan masyarakat yang paling rentan," ia menambahkan.[]