Curi 50 TB Data NSA, Si "Snowden Kedua" Divonis 9 Tahun
Washington, Cyberthreat.id – Harold Thomas Martin III (54), mantan karyawan kontrak di Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat (NSA) divonis oleh pengadilan selama sembilan tahun penjara.
Martin ditangkap pada Oktober 2016 oleh FBI lantaran pencurian data di NSA lebih dari 50 terabita (TB). FBI saat menggeledah rumahnya telah menemukan dokumen yang dikumpulkan Martin selama bertahun-tahun. File-file itu ditemukan di komputer di rumah dan mobilnya. Martin ini mengingatkan publik pada kisah Edward Snowden, karyawan kontraktor NSA yang membocorkan data-data rahasia AS. Media-media di AS menjulukinya "Snowden Kedua".
Seperti diberitakan ZDNet, yang diakses Minggu (21 Juli 2019), beberapa dokumen diberi label rahasia dan berisi informasi tentang infrastruktur dan alat NSA. Namun, ada pula dokumen terkait dengan CIA, US Cyber Command, dan National Reconnaissance Office (NRO).
Martin bekerja sebagai karyawan kontrak di sejumlah lembaga pemerintahan AS selama 20 tahun (1996 hingga 2016). Pada saat ditangkap, Martin bekerja di Booz Allen Hamilton, perusahaan yang sama dengan Edward Snowden, pembobol data NSA yang dicari-cari AS sejak 2013. Kini Snowden mendapat perlindungan suaka dari Rusia.
Rumah Harold Thomas Martin III. | Foto: www.mintpressnews.com/AP/Jose Luis Magana
Saat bekerja di NSA ia memiliki izin Top Secret and Sensitive Compartmented Information (SCI). Jadi, ia bisa menangani dokumen dan file-file pemerintah yang sensitif, tetapi hanya saat di ruang kerjanya, bukan di rumahnya.
Dalam dakwaannya, Jaksa penuntut umum menggambarkan bagaimana cache dokumen-dokumen pemerinta yang ditemukan di rumah Martin membuat takjub para penyelidik. Sementara, pengacara Martin mengatakan, Martin hanya membawa dokumen ke rumah untuk sebagah bahan belajar agar dirinya lebih menguasai dalam pekerjaannya. Martin menyatakan tidak ada niat untuk menjual rahasia pemerintah.
Pada saat ditangkap, seperti dilaporkan Washington Post, Jaksa mendakwa Martin terlibat dalam kasus Shadow Brokers, sekelompok peretas internet yang membocorkan file NSA dan alat peretasan di internet pada musim panas 2016.
Ia juga didakwa dalam kasus kebocoran dokumen-dokumen ke WikiLeaks. Sebelumnya, jaksa mendakwa Martin pada Februari 2017, namun ia baru meneken pembelaan bersalah pada Maret 2019. Di pengadilan, ternyata, jaksa tidak bisa membuktikan bahwa Martin memiliki koneksi ke Shadow Brokers atau WikiLeaks.
Martin menandatangani perjanjian pembelaan untuk mengakui kesalahannya. Dengan pengakuan itu, jaksa sebelumnya mengatakan, kemungkinan Martin tidak divonis lebih dari tujuh tahun. Namun, keputusan hakim berkata lain. Hakim yang tidak diikat oleh pembelaan bersalah menghukum Martin sembilan tahun penjara, dikurangi masa tahanan dan tiga tahun pembebasan yang diawasi.