Ini Benefit Pebisnis Jika Dapat Menanggulangi Friksi
Jakarta, Cyberthreat.id – Di era mobile marketing saat ini, para pebisnis dituntut untuk bisa menciptakan pengalaman berbelanja online yang menyenangkan bagi para konsumen.
Pasalnya, berdasarkan studi yang bertajuk Zero Friction Future di Indonesia, Facebook bersama dengan Business Consultan Group (BCG) serta lembaga riset GfK menemukan, bahwa ketika para pebisnis tidak memperhatikan alur proses belanja online yang mulus melalui platofrm online, yang kemudian disebut sebagai friksi, justru merugikan pebisnis sekitar US$ 20 Miliar tiap tahun.
Namun, sebaliknya, jika para pebisnis memperhatikan alur perbelanjaan, dan mampu menciptakan kepuasan bagi konsumen, maka para pebisnis akan meraup keuntungan yang besar.
“Untuk beberapa industri kunci berbasis digital seperti industri perjalanan dan e-commerce, studi ini menunjukkan bahwa mereka dapat meningkatkan pendapatan tahunan sebesar US$ 9,12 miliar untuk industri perjalanan dan US$ 4,38 miliar untuk industri e-commerce jika friksi dapat dihilangkan. Inilah alasan mengapa kami meluncurkan studi Zero Friction Future,” kata Adisti Latief, Marketing Science Lead, Facebook Indonesia di Jakarta, Kamis, (18 Juli 2019).
Menurut Adisti, proses belanja yang dimaksud, baik itu menggunakan personalisasi iklan (ad personalization), Collaborative Ads dan Dynamic Ads, fitur Stories di seluruh keluarga aplikasi Facebook, Instagram Branded Content yang dapat digunakan melalui kolaborasi dengan influencer marketing, Lead Ads untuk mempermudah proses aplikasi, dan juga WhatsApp Business untuk menciptakan percakapan yang berkelanjutan dengan pelanggan.
“Para pebisnis harus mampu menciptakan pengalaman terbaik yang dapat diakses di berbagai platform, baik online maupun offline, untuk mendukung pengalaman berbelanja konsumen,” tegas Adisti.
Studi Zero Friction Future dilakukan dari bulan September hingga Oktober 2018 yang diikuti oleh 1.600 konsumen Indonesia.
Studi ini meliputi para pengguna smartphone dengan kisaran umur 18-54 tahun, yang pernah membeli produk atau jasa di platform online maupun offline dari industri jasa keuangan, ritel, e-commerce dan industri perjalanan wisata, serta konsumen yang melakukan pencarian online sebelum melakukan transaksi secara offline.