Vitali Kremez, Peneliti Ulung Ransomware Itu Telah Pergi

Vitali Kremez. Foto: Bank Of Security

Cyberthreat.id – Orang-orang mungkin tak mengenal namanya, tak sepopuler Mark Zuckerberg atau Elon Musk. Tapi, lelaki yang masih seumuran dengan pendiri Facebook itu, 36 tahun, adalah seorang yang jago keamanan siber.

Vitali Kremez.

Orang-orang di industri keamanan siber mengakui keahliannya sebagai perekayasa balik malware dan analisis intelijen ancaman. Ia kerap diwawancara media ketika serangan ransomware terjadi, memiliki informasi tentang jaringan hacker canggih di bawah tanah, dark web. Terakhir, ia sebagai CEO AdvIntel (Advanced Intelligence), perusahaan spesialisasi intelijen ancaman siber.

Aktivitas VK, panggilannya, di dunia online kini tak lagi bisa kita jumpai. Ia telah pergi selama-lamanya. Usianya pendek, tapi meninggalkan banyak pengetahuan yang ditorehkan untuk dunia keamanan siber.

VK meninggal dunia saat aktivitas diving di lepas pantai Hollywood Breach di Florida akhir bulan lalu. Keberadaannya hilang sejak nyemplung ke laut pada 30 Oktober. Petugas pantai baru menemukan dirinya pada Rabu lalu dalam kondisi masih memakai pakaian selam hitam dan tangki scuba, tulis Dark Reading diakses Jumat (11 November 2022). 

Meski pandai menyelam, bahkan seringkali ia bercerita tentang pengalaman menyelam bersama hiu, petugas mengatakan, sebagian besar pantai Florida timur saat itu sedang dalam kondisi risiko tinggi rip current—fenomena gelombang pecah berkekuatan besar saat mencapai perairan dangkal.

Kabar duka itu mengejutkan banyak orang, rekan-rekannya di industri keamanan siber. “Ini kehilangan yang sangat memilukan bagi dunia. VK adalah seorang ‘pahlawan super’ dan akan dirindukan oleh banyak orang,” cuit Danny Aga, Wakil Presiden Solis Security, sebuah perusahaan penyedia keamanan terkelola.

Pada Juni 2020, VK meluncurkan AdvIntel setelah tahun sebelumnya ia bergabung dengan perusahaan anti-malware SentinelOne dan menjadi anggota pendiri SentinelLabs, menulis laporan tentang geng kriminal siber dan malware canggih.

Risetnya tentang malware “Trickbot” dan ransomware “Conti” diakui sebagai pekerjaan yang luar biasa di industri keamanan. “Tak ada orang lain yang menghasilkan kualitas kecerdasan wawasan seperti itu,” kata Danny Aga kepada The Record.

Hijrah ke Amerika Serikat

VK bukanlah orang Amerika Serikat. Ia hijrah dari Belarusia ke negeri Abang Sam sejak ia putus kuliah dari perguruan tinggi. Ia memilih hidup baru di negara yang melahirkan perusahaan keamanan terkemuka. Mengadu nasib, mengejar “mimpi Amerika”.

Di blog pribadinya, VK menyebut bahwa dirinya bercita-cita menjadi sosok “pembuat keputusan, pelayan publik, dan pembela keadilan”. Tentu saja, cita-cita itu tak jauh-jauh dari dunia siber. “Saya sangat tertarik dengan web dan membangun alat untuk mendorong keamanan dan komunitas online,” tulisnya.

Namun, di negeri nun jauh dari kampung halamannya, ia tidak langsung menjadi karyawan sebuah perusahaan keamanan siber atau teknologi informasi. Apa saja yang ia kerjakan untuk hidup, bekerja serabutan mulai proyek konstruksi hingga bermain musik di bar, tulis The Record.

New York adalah rumahnya selama hampir 10 tahun.

Tak butuh lama, akhirnya ia menemukan dunia yang membuatnya jatuh cinta, menggunakan keahliannya untuk meneliti kejahatan siber.

Ia memulai karier sebagai analis investigasi kejahatan siber untuk Kejaksaan Distrik New York County setelah lulus summa cum laude dari John Jay College of Criminal Justice di City University of New York. Ia memperoleh gelar di bidang ekonomi, termasuk mempelajari penipuan dan forensik digital.

Ia membantu penyelidikan kasus-kasus kriminal siber, seperti pelanggaran data, ransomware, dan pencucian uang.

Di kantor kejaksaan, ia pernah ikut dalam penyelidikan kasus serangan siber ke American Express, Goldman Sachs, Saks Fifth Avenue, dan StubHub, tulis Dark Reading.

Karena pekerjaannya, ia banyak berhubungan dnegan Dinas Rahasia AS, FBI, Departemen Keamanan Dalam Negeri AS, Royal Canadian Mounted Police, dan Spanish Civil Guardia, tuis RSA Conference.

Namanya pun melambung di industri keamanan papan atas, terlebih ketika menjadi kepala SentinelLabs di SentinelOne dan direktur riset di FlashPoint.

Sebagai analis keamanan siber, ia benar-benar menjadi pribadi komplet, memiliki kemampuan teknis dan fasih banyak bahasa (poliglot), seperti bahasa Belarusia, Inggris, Rusia, Ukraina, dan Polandia, tulis Bank Info Security. Makanya, saat bekerja di FlashPoint, ia fokus meneliti kejahatan siber yang berkaitan dengan negara-negara Eropa Timur.

Selain hobi menyelam dan kecintaannya dengan keamanan siber, VK mengaku sangat suka dengan fotograsi dan menulis. Ia kerap menulis kolom untuk berbagai media.

SentinelOne sangat kehilangan terhadap sosok berbakat dan cerdas itu. “…sedih kehilangan mendadak mantan rekan setim kami dan teman dari begitu banyak orang,” tutur SentinelOne dikutip dar Cybernews.

Pada awal pandemi Covid-19, VK masuk dalam anggota Liga CTI, komunitas pakar keamanan siber yang mencegah serangan terhadap sektor institusi kesehatan. Bersama sejumlah rekan, ia menulis buku The Ransomware Hunting Team.

Kremez meninggalkan istri, Natallia Kremez, yang masih mengandung anak pertama. Jabang bayi itu harus sudah menjadi anak yatim sebelum lahir. Para rekan dan koleganya membuat donasi untuk keluarga VK melalui gofundme.com sejak Kamis (10 November).

“Vitali adalah teman baik, jiwa yang baik, calon ayah, dan aset bagi para pembela dunia maya di seluruh dunia…”

“[…] dan kematiannya meninggalkan lubang besar dalam hidup dan hati kita,” rekan-rekannya menulis di situsweb donasi.

Selamat jalan, VK![]