Tyovan Widagdo: Keamanan Situsweb Pemerintah Parah

Tyovan Widagdo. Foto: Dok Lokadata

Cyberthreat.id – Tyovan Ari Widagdo, mantan hacker, tak menutup mata bahwa situs-situsweb pemerintah sering menjadi target serangan siber karena memang memiliki keamanan yang parah.

Bahkan, kata dia, kalangan hacker pemula sering menjadikan situs-situsweb pemerintah baik pusat maupun daerah menjadi uji coba.

“Keamanan situsweb pemerintah gampang dijebol. Keamanannya parah,” ujar Tyovan, yang dikenal luas sebagai pendiri Bahaso, aplikasi kursus bahasa asing.

“[Kondisi] ini menjadi ‘pekerjaan rumah’ pemerintah. Keamanan siber itu penting dan krusial. Kalau kita enggak peduli dengan hal itu, bisa berbahaya, seperti data pribadi dijual,” katanya dalam sebuah diskusi “Mengulik Cara Kerja Hacker” yang diadakan Forum Wartawan Teknologi, Senin (3 Oktober 2022).

Di usia sekolah menengah pertama, pemuda asal Wonosobo, Jawa Tengah itu mulai mengenal dunia peretasan dari kegemarannya bermain game.

“Waktu itu saya suka main game, kepikiran untuk bikin game sendiri karena sudah menghabiskan uang buat sewa PlayStation,” kata lelaki kelahiran 1990 ini.

Ia pun mulai mencari tahu cara membuat game; mulai membaca sejumlah referensi di perpustakaan daerah dan internet. Dari situ, justru ia menemukan dan tertarik dengan dunia peretasan, “Mungkin karena masih muda, seru banget dan bisa ngerjain orang,” tuturnya. Semua keahlian meretas dipelajari dia secara autodidak.

Salah satu serangan yang pernah ia lakukan adalah menyerang situsweb SMA Negeri 78 Jakarta. Motivasi serangan deface (mengubah tampilan halaman muka web) karena diejek di sebuah forum “sebagai anak daerah”. Tyovan pun terdorong untuk membuktikan diri.

Aksinya itu membuat dirinya dipanggil kepala sekolah. “Kepala sekolah saya dikabari oleh kepala SMA 78 dan diotak dia (kepsek saya) hanya saya yang bisa TI. Tapi, saya jelasin alasannya. Eh, kepsek malah mendukung saya, hehe…” kenang Tyovan.

Ia juga pernah mengakali billing warnet. Ia cukup membayar Rp10 ribu per jam, padahal ia sudah bermain internet selama lima jam. “Tapi setelah saya punya uang, saya temui pemilik warnetnya dan saya minta maaf sambil ngasih uang,” ujar Tyovan tertawa mengenang kejahilannya itu

Tyovan melanjutkan kuliah di Universias Bina Nusantara di Jakarta. Belum menjadi sarjana, ia yang waktu itu berusia 24 tahun sudah diamanahi proyek senilai Rp 6 miliar untuk pengembangan Bahaso pada 2014. Tahun sebelumnya, ia masuk “Top 5 world wide winner, innovation competition” di Universitas Stanford, AS.

Sebelum dikenal dengan Bahaso, Tyovan juga telah memiliki perusahaan teknologi sendiri bernama Vemobo yang bergerak di pengembangan peranti lunak dan situsweb. Gara-gara perusahaan inilah kuliahnya sering keteteran.

“Virus Pelajar”

Di masa SMA, darah hacker-nya begitu membara. Ia masuk forum peretas. Kala itu, ia lebih banyak meretas situsweb luar negeri. Ia juga terjerumus dalam kejahatan carding, mencuri data kartu kredit di sebuah situsweb toko online.

Untuk mengecek apakah kartu kreditnya itu masih aktif atau tidak, “Dengan cara masuk ke situsweb porno. Kalau bisa dipakai untuk member, berarti aktif,” ujar anak penjual tahu kupat yang masuk “ASIA 30 Under 30 Forbes” pada 2017.

Keusilan semasa sekolah ialah ia membuat virus “pelajar”. Virus memiliki kemiripan dengan virus Brontok. Seperti namanya, virus tersebut menyerang folder-folder komputer dengan mengubah namanya menjadi nama-nama mata pelajaran, seperti Fisika, Kimia, dan lain-lain.

“Karena merasa bersalah, saya bikin antivirus ‘dr virus’. Saya bagikan gratis yang terinfeksi ke masyarakat terinfeksi. Engak saya bisniskan. Kalau ini bisnis, saya bisa kaya mendadak waktu itu,” katanya terkekeh-kekeh.

Kenakalan sebagai hacker juga dilakukan Tyovan saat Pilkada Kabupaten Wonosobo 2010. Ia diminta untuk membantu salah satu kandidat. Tugasnya ialah mengganggu komunikasi timses kandidat lain pada saat serangan fajar.

“Biasanya kan timses ini koordinasi di serangan fajar. Nah, di situlah, saya kerjain. Saya dulu ngumpulin nomor kontak timses lain, saya bom SMS. Sampai 1 juta SMS, sampai HP nge-hang. Itu dulu,” katanya tertawa.

Dunia peretasan telah lama dia tinggalkan. Kini Tyovan yang telah meninggalkan Bahaso mengaku tak mau bersinggungan lagi dengan dunia kriminal.[]