BNPT: Era Digital Buat Mahasiswa Rentan Terpapar Ideologi Transnasional
Cyberthreat.id – Deputi Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi BNPT, Mayjen TNI Nisan Setiadi, mengungkapkan bahwa mahasiswa rentan terpapar ideologi transnasional yang dapat memecah belah keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di era digital.
“Karena itu penting untuk memupuk rasa cinta tanah air, untuk membentengi diri dari ancaman virus intoleran, radikalisme dan terorisme di era digital seperti saat ini,” ujar Nisan dalam keterangan tertulis yang diterima, Selasa (30 Agustus 2022).
Menurutnya, mahasiswa menjadi lebih rentan sebab mereka lebih akrab dengan internet, dan di internet terjadi penyebaran virus-virus intoleransi secara masif.
Untuk itu, perlu empat vaksin yang manjur untuk membentengi generasi muda bangsa dari virus-virus tersebut. Pertama NKRI harga mati, kemudian, Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 sebagai landasan konstitusi, ketiga Pancasila sebagai ideologi bangsa, keempat nilai-nilai Bhineka Tunggal Ika, dan terakhir peningkatan moderasi beragama menurut dia juga dianggap hal yang diperlukan.
“Jangan mau dipecah belah oleh kepentingan siapapun. Kalian itu saudara, bukan satu darah, bukan satu agama, tapi saudara satu bangsa,” kata dia.
Nisan menjelaskan, Indonesia didirikan dengan susah payah dan merdeka bukan karena pemberian dari penjajah. Akan tetapi, diperjuangkan para pahlawan bangsa, bukan hanya harta dan benda, namun nyawa juga.
“Jadi founding fathers sudah merebut dan mempertahankan, sekarang semua tinggal mengisi,” kata dia.
Nisan pun mengajak para mahasiswa untuk mengisi kemerdekaan dengan benar, sebab kalau yang mengisi tidak benar, nanti negara akan tercabik-cabik menjadi negara pecahan. Termasuk oleh ideologi intoleran dan radikalisme yang mau mendirikan Indonesia menjadi negara agama.
Dia berharap melalui kegiatan kuliah umum yang digelar BNPT para mahasiswa bisa meningkatkan rasa cinta tanah air, bela bangsa, dan semakin mencintai Indonesia. Mereka juga bisa melanjutkan perjuangan dan cita-cita para pendiri bangsa.
Nisan menambahkan Pancasila itu luar biasa. Ia mencontohkan saat melakukan kunjungan ke Belgia, Belanda, dan Luxembourg, tiga negara itu dulunya satu negara, tetapi mereka pecah akibat perbedaan paham agama. Dia juga mengaku pernah ke Rusia yang dulu bernama Uni Soviet. Uni Soviet pecah karena beda paham agama, sedangkan Korea Utara dan Korea Selatan pecah karena beda paham ideologinya.
“Kenapa negara-negara itu pecah, karena mereka tidak memiliki ideologi yang kuat seperti Pancasila,” sebut Nisan.
Dia menegaskan Pancasila adalah ideologi terbaik dan seluruh anak bangsa harus bersatu untuk melawan ideologi-ideologi transnasional. Terutama, ideologi agama, yang ingin menggantikan Pancasila. Pasalnya, agama hanya dijadikan kedok kelompok teroris untuk mewujudkan tujuannya.
“Karena teroris tidak ada hubungannya dengan agama. Mereka menggunakan jubah atau ayat-ayat agama untuk kepentingannya, tetapi tidak ada agama apapun yang menghalalkan pembunuhan, kekerasan, tidak ada. Tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan dan menghalalkan darah orang lain mengkafirkan orang lain,” sebut dia.