7-Eleven Denmark Konfirmasi Pihaknya Jadi Korban Serangan Ransowmare
Cyberthreat.id – 7-Eleven Denmark telah mengkonfirmasi bahwa pihaknya menjadi korban serangan ransomware, yang berdampak pada balik penutupan 175 toko di negara itu.
Dikutip dari Bleeping Computer, dalam pernyataan resminya perusahaan hanya mengungkapkan bahwa mereka mengalami serangan ransomware. Perusahaan tidak memberikan info apa pun tentang geng yang bertanggung jawab selain mengonfirmasi bahwa pelaku ancaman melanggar jaringan dan membuat sistem mereka terenkripsi.
“Ini adalah apa yang disebut serangan ransomware, di mana para penjahat telah memaksa akses ke jaringan dan mengunci sistem,” kata 7-Eleven Denmark dalam sebuah pernyataan di Facebook.
Perusahaan mengatakan, saat ini serangan siber yang menimpa mereka sedang ditangani oleh pihak kepolisian. Perusahaan tidak akan merinci lebih lanjut tentang penyelidikan, ruang lingkup, dan konsekuensi dari serangan itu.
Sebagai informasi, serangan siber ke 7-Eleven di Denmark terjadi pada Senin (8 Agustus 2022). Serangan tersebut membuat seluruh toko 7-Eleven di Denmark tidak bisa menggunakan mesin kasir atau menerima pembayaran. Hal ini menyebabkan semua toko 7-Eleven ditutup, sementara perusahaan menyelidiki insiden tersebut.
7-Eleven Denmark mengatakan bahwa toko sudah mulai dibuka menggunakan solusi operasi lokal, seperti menerima uang tunai atau MobilePay. Bahkan, 135 toko dan kios 7-Eleven yang telah kembali beroperasi dalam beberapa kapasitas dibagikan dalam file Google Documents.
“Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada para pedagang dan karyawan di toko dan kantor layanan atas upaya dan kesiapan mereka yang luar biasa untuk berubah, serta dukungan dan pengertian besar yang kami terima dari pelanggan, pemasok, dan mitra bisnis,” Jesper stergaard, CEO 7-Eleven berbagi di Facebook.
Meskipun perusahaan mengatakan bahwa tidak ada bukti bahwa serangan tersebut telah memengaruhi pelanggan, mitra, atau pemasok. Perusahaan meyakini bahwa itu adalah serangan ransomware, kemungkinan juga akan segera mengetahui apakah pelaku ancaman mencuri data.
Ketika geng ransomware melakukan serangan, mereka biasanya mencuri data dari jaringan internal sebelum mengenkripsi perangkat. Data yang dicuri ini kemudian digunakan sebagai pengungkit untuk memaksa korban membayar uang tebusan, memperingatkan bahwa jika uang tebusan tidak dibayarkan, pelaku ancaman akan membocorkan data tersebut ke publik.
Namun, hingga kini belum ada operasi ransomware yang mengaku bertanggung jawab atas serangan terhadap 7-Eleven Denmark.