Ancaman Online di Indonesia Turun pada Kuartal II/2022

Ilustrasi Ancaman Online. Freepik.

Cyberthreat.id – Perusahaan keamanan siber global Kaspersky, merilis analisis ancaman terbarunya bagi Indonesia untuk membidik risiko yang ada secara online dan offline dan bagaimana bisnis, individu, dan lembaga pemerintah dapat memerangi kejahatan siber ini sambil merangkul tren digital seperti WFA (bekerja dari mana saja).

General Manager untuk Asia Tenggara di Kaspersky Yeo Siang Tiong menjelaskan, penurunan dalam ancaman online dan offline terdeteksi di Indonesia seharusnya tidak dijadikan alasan untuk berhenti waspada.

"Kita harus selalu memperhatikan, terutama ketika tren WFA marak, menjadikan kita semakin bergantung kepada internet. – yang juga sebaliknya, mengekspos kita dengan potensi risiko berbahaya, serta meningkatkan kemungkinan kerusakan jika terjadi serangan," katanya dalam keterangan resmi, Jakarta, Kamis (28/7).

Data statistik terakhir Kaspersky menunjukkan sebanyak 11,083,474 ancaman online di internet berhasil diblokir oleh komputer dari peserta KSN di Indonesia selama periode April hingga Juni tahun ini.

Selama periode tersebut, Kaspersky mendeteksi 11,083,474 ancaman siber dalam komputer peserta KSN di Indonesia. Secara keseluruhan, sebesar 25.2% dari pengguna terserang ancaman online yang bersumber dari situs di periode ini. Hal ini menempatkan Indonesia dalam peringkat ke-69 di seluruh dunia dalam hal ancaman yang diasosiasikan dari berselancar di internet.

Kabar baiknya, angka ini menurun dibandingkan tahun lalu di periode yang sama, dengan total 18,488,946 deteksi ancaman. Angka ini juga terlihat menurun sebesar 6.09% dibandingkan 11,802,558 deteksi di kuartal pertama tahun 2022. 

Eksploitasi kerentanan di browser, plugin (unduh dengan drive) dan rekayasa sosial masih merupakan metode utama bagi pelaku kejahatan siber untuk menembus sistem secara berbahaya.

Kecenderungan yang sama ditemukan pada malware yang menyebar melalui perangkat yang dapat dilepas (removable drive), USB, CD dan DVD, dan metode "offline". Selama kuartal kedua tahun ini, produk Kaspersky mendeteksi 13.533.656 insiden lokal di peserta KSN di Indonesia.

Sekitar 24.71% pengguna di Indonesia telah terekspos oleh ancaman online lokal selama periode ini. 

Hal ini menunjukkan penurunan sebesar 17,8% dibandingkan dengan 17,975,442 deteksi pada periode yang sama tahun lalu dan juga menempatkan Indonesia pada posisi ke-66 dunia dalam hal ancaman lokal.

Selain itu, sedikit penurunan sebesar 3,66% juga terlihat jika dibandingkan dengan 14,047,376 deteksi selama periode Januari - Maret 2022 (Kuartal pertama 2022).

Terlepas dari hasil yang tampaknya baik untuk kuartal kedua, perlu dicatat bahwa kualitas dan dampak serangan semakin meningkat.

Lebih lanjut, laporan Kaspersky menunjukkan awal tahun ini, pelaku kejahatan siber terus menunjukkan seberapa sering mereka menggunakan teknik brute-forcing passwords untuk mendapatkan akses tidak sah ke berbagai layanan jaringan.

Menurut prediksi dari ahli Kaspersky, pelaku kejahatan siber sering memperpendek siklus dari malware yang digunakan. Sampel berbahaya tertentu dapat digunakan terhadap sekumpulan target yang sangat terbatas dan hanya aktif selama beberapa minggu pada efektivitas puncaknya, kemudian build baru dirilis untuk melewati deteksi. Kemampuannya untuk menghindari deteksi membuat adopsi penggunaan teknologi dan perlindungan keamanan lebih dibutuhkan dari sebelumnya.

“Sistem kerja fleksibel pasti meningkatkan kepuasan pekerja, produktivitas internal, bahkan menghasilkan insentif finansial yang menarik. Di sisi lain, peningkatan serangan siber menjadikan banyaknya celah bagi pelaku kejahatan siber untuk membobol keamanan perangkat. Organisasi perlu membangun strategi konkret serta inisiatif dalam mempertahankan keamanan perusahaan. Kami menyarankan perusahaan dan pemerintah juga berkolaborasi dalam program WFA, agar segala keputusan, peraturan serta pencegahan didukung oleh pertahanan intelijen yang kuat, yang dapat mengamankan tren digital di masa depan," tutur Yeo.