Bukalapak Antusias Menanti Kebijakan Jokowi di Bidang SDM

Presiden Bukalapak Fajrin Rasyid | Foto: Faisal Hafis

Jakarta, Cyberthreat.id - Presiden Bukalapak, Fajrin Rasyid, antusias menanti berbagai kebijakan pemerintah di sektor pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) terutama Manajemen Talenta Indonesia yang dijanjikan Presiden Joko Widodo.

"Talenta ini sangat penting sehingga ketika Presiden Jokowi mengatakan fokus di SDM, kami sangat menantikan akan seperti apa ke depan," kata Fajrin di Kementerian Perdagangan, Selasa (16 Juli 2019).

Presiden Jokowi dalam pidato politik yang disampaikan pada Minggu (14 Juli 2019) di Bogor, mengatakan pemerintah akan mengidentifikasi, memfasilitasi serta memberikan dukungan pendidikan dan pengembangan diri bagi talenta-talenta Indonesia.

Sebagai marketplace anak bangsa, Bukalapak akan memberikan sumbangsih termasuk bertukar pikiran dengan pemerintah. Posisi di Kementerian Riset dan Teknologi atau Kementerian Pendidikan menurut Fajrin sangat krusial dalam menggalakkan talenta Indonesia.

"Di Singapura coding sudah diajarkan sejak kelas 1 SD, kalau di Indonesia mungkin saat SMA. Jadi itu challenge-nya. Bahwa kita melihat teknologi ke depan akan semakin maju dan Indonesia harus menguasai AI, IoT, Blockchain sejak awal."

Seribu Karyawan

Fajrin mengatakan talenta Indonesia tidak bisa dianggap remeh. Bukalapak, kata dia, sudah membuktikan bagaimana menggunakan talenta anak bangsa dengan tepat.

Data Statista menyatakan Bukalapak adalah startup nomor satu di Indonesia.

"Saat ini Bukalapak mempekerjakan lebih kurang 2 ribu pekerja. Seribu lebih itu orang Indonesia," kata dia.

Bukalapak hanya memakai lima orang tenaga kerja asing yang menurut Fajrin bisa dianggap tidak ada. Yang terus menjadi perhatian Bukalapak adalah bagaimana bisa membawa talenta berharga Indonesia yang bekerja di luar negeri dibawa pulang.

"Kalau lulusan kayak Harvard, Oxford itu Bukalapak punya, tapi semuanya orang Indonesia. Jadi, kami bicara diaspora Indonesia yang sebelumnya bekerja di Silicon Valley, bekerja di China, AS dan Eropa, kami berusaha mengajak mereka pulang."

Bukan Tenaga Kerja

Fajrin mengatakan persoalan talenta bukan masalah tenaga kerja atau masa depan semata. Lebih jauh, ia melihat Indonesia harus berpikir bagaimana mengembangkan skill yang bisa menggantikan pekerjaan sesuai perkembangan zaman dan teknologi.

"10 tahun lalu Nokia dan Blacberry itu keren, tapi sekarang gak terpakai lagi. Begitulah teknologi terus berkembang dan Indonesia harus siap."

Untuk sampai ke tahap yang lebih matang Indonesia harus meningkatkan kerja sama antara pemerintah, e-commerce, masyarakat, regulasi dan semua stakeholder terlibat.

"Misalnya, bagaimana kalau AI itu menggantikan pekerjaan manusia. Indonesia perlu kaji bahwa sebagian besar ke depan sudah digantikan mesin."