Industri ICT Indonesia Impor Miliaran USD
Jakarta, Cyberthreat.id - Wakil Ketua Komite Ekonomi Industri Nasional (KEIN), Arif Budimanta, mengatakan Indonesia sangat tergantung kepada asing dalam hal pengembangan industri Information and Communication Technology (ICT). Ketergantungan, kata dia, sudah sampai ke dalam level impor miliaran USD.
Industri ICT dalam neraca perdagangan Indonesia sudah masuk ke dalam tiga besar. Menurut Arif, kebutuhan terhadap industri ICT hanya bisa dikalahkan oleh impor pangan dan impor Migas.
"Sudah miliaran US dolar kita impor ICT ini. Artinya kita harus berani mengembangkan industri ICT sendiri," kata Arif Budimanta di Jakarta, Senin (15 Juli 2019).
Industri ICT juga akan berkaitan dengan ekonomi kerakyatan atau ekonomi sehari-hari yang dikerjakan rakyat Indonesia. Arif mencontohkan bagaimana besarnya potensi Indonesia jika menggunakan ICT buatan sendiri terhadap potensi UMKM yang jumlahnya mencapai 63 juta.
"Jika 10 persen dari total UKM kita mengalami kenaikan kelas, seperti usaha mikro jadi usaha kecil atau menengah, itu bisa mendorong pertumbuhan ekonomi nasional mencapai 7 persen. Salah satu jalannya lewat digital ini," kata dia.
Selama ini ada dua persoalan utama pengembangan UMKM yaitu akses pasar dan akses modal. Nah, di zaman digital persoalan dilengkapi dengan akses teknologi informasi bagi pelaku UMKM yang bisa menjadikan transaksi atau proses penjualan lebih efektif dan efisien.
"Di bidang Telko itu sudah ada 5G dan Korsel sudah mengembangkan 6G. Dari situ kita sudah bisa melihat bagaimana posisi Indonesia sekarang dan apa yang harus dilakukan ke depan."
Mengenai investasi dan pengembangan SDM di industri ICT Indonesia, Arif menilai pidato Presiden Jokowi yang disampaikan pada Minggu (14 Juli 2019) di Sentul, Bogor, sebagai ancang-ancang lima tahun ke depan.
Ada empat sektor yang akan sangat membutuhkan industri ICT dan mengundang masuknya investasi yakni sektor agriculture seperti kehutanan, sektor maritim yang di dalamnya ada industri perikanan. Kemudian sektor pariwisata dengan 10 destinasi wisata baru serta sektor ekonomi kreatif.
"Tak kalah pentingnya industri ICT ini," tegasnya.