Taktik Pukul Rusia, Ukraina Lobi 50 Perusahaan TI
Cyberthreat.id – Menyadari kekuatan militernya jelas tak sebanding dengan Rusia, Ukraina telah melobi negara-negara Barat untuk membantu.
Amerika Serikat, misalnya, telah mengirimkan ratusan rudal antipesawat Stinger ke Ukraina pekan ini, tulis CNN, Kamis (3 Maret 2022). Kanada juga mengirimkan senjata serupa dengan AS, tulis NBC News, sedangkan Prancis membantu pasokan bahan bakar dan alat militer, tapi tak dijelaskan secara detailperalatan tersebut.
Namun, gerilya lobi Ukraina tak sebatas pada dukungan alat tempur dari para sekutunya, mereka juga mulai menyusup ke dunia maya.
Ukraina mendesak 50 perusahaan teknologi informasi termasuk game, eSport, dan infrastruktur internet untuk turut melawan Rusia, menurut Reuters mengutip Wakil Menteri Digital Ukraina Alexander Bornyakov, diakses Kamis (3 Maret 2022).
“Ukraina telah meminta dukungan dari sekitar 50 perusahaan sejak invasi Rusia dimulai pekan lalu,” kata Bornyakov.
"Lebih banyak sanksi yang dikenakan, perdamaian lebih cepat dipulihkan," ia menambahkan.
Pada hari pertama invasi Rusia, Kamis pekan lalu, seruan Ukraina terhadap perusahaan TI telah dilakukan lebih dulu.
Dalam memo singkat sebanyak 14 poin, seorang diplomat Ukraina di Washington, AS meminta agar pemerintahan Joe Biden melarang perusahaan-perusahaan teknologinya "memasok dan memperbarui perangkat lunak untuk kepentingan konsumen Rusia".
Selain itu, Ukraina juga meminta AS melarang pasokan barang dan teknologi, termasuk perangkat lunak untuk digunakan dalam industri penerbangan Rusia, termasuk penerbangan sipil. Presiden Joe Biden juga telah mewacanakan untuk mencegah pasokan teknologi rendah dan tinggi ke Rusia, tulis Reuters.
Salah satu perusahaan teknologi AS yang mulai merespons ialah Oracle. Perusahaan perangkat lunak ini menanggapi dalam tiga jam setelah Kementerian Transformasi Digital Ukraina bercuit di akun Twitter terkait seruan penghentian bisnis di Rusia, Rabu (2 Maret).
Pesaingnya, SAP, perusahaan perangkat lunak Jerman, juga mengumumkan hal serupa dengan menghentikan sementara penjualan di Rusia. “Kami menghentikan bisnis di Rusia selaras dengan sanksi, di samping itu, menghentikan semua penjualan layanan dan produk SAP di Rusia,” tulis CEO Christian Klein. Mereka juga menyiapkan kantor mereka di Eropa sebagai gudang dan akomodasi bagi pengungsi.
Netflix, platform streaming video, turut menghentikan proyek-proyek baru di Rusia.
Apple juga melakukan serupa dengan menyetop bisnisnya sementara. “Pekan lalu, kami menghentikan semua ekspor ke saluran penjualan kami di negara ini," kata Apple dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Moscow Times, Rabu.
Produsen iPhone itu juga mengumumkan Apple Pay dan layanan lainnya juga dibatasi. Aplikasi media Rusia RT dan Sputnik juga tak lagi tersedia untuk diunduh di toko aplikasinya di luar Rusia.
Kementerian Digital Ukraina juga telah meminta Google dan Apple Inc untuk menutup toko aplikasi seluler mereka di Rusia, tetapi Bornyakov mengatakan, perusahaan lebih cenderung memblokir unduhan aplikasi tertentu.
Dalam beberapa hari terakhir, Facebook, Twitter, dan YouTube juga telah melawan Rusia.
Baca:
- Selain Invasi Ukraina, Rusia Juga Serang Facebook dan Twitter
- Upaya Google Bantu Ukraina: Batasi Fitur Google Maps hingga Blokir Media Rusia
- Google dan Meta Disebut Alat Propaganda Anti-Rusia
Seruan kepada perusahaan teknologi adalah bagian dari strategi yang lebih luas oleh Ukraina untuk mengisolasi Rusia dan membuat orang memprotes tindakan Rusia, yang oleh Moskow disebut sebagai "operasi khusus."
"Pasukan TI" sukarelawan baik dari dalam dan luar negeri, sebagian diorganisai oleh kementerian via aplikasi perpesanan Telegram, telah mengganggu akses ke situsweb pemerintah Rusia dan menjangkau warga sipil Rusia melalui media sosial, telepon, dan teks tentang informasi seputar invasi, kata Bornyakov.
Dia mengatakan pasukan online ini sekarang berjumlah lebih dari 250.000 orang, yang sedang melaksanakan ide-ide mereka sendiri.
"Ini seperti crypto, terdesentralisasi," katanya.[]