Intelijen Inggris Cari Bantuan Perusahaan Teknologi Lawan Ancaman Siber

Ilustrasi foto via brinkwire.com

Cyberthreat.id - Dinas Intelijen Rahasia Inggis, yang dikenal dengan MI6, saat ini harus melepas sebagian dari sifat rahasianya dan mencari bantuan dari perusahaan teknologi untuk  memerangi ancaman dunia maya yang bergerak cepat.

Kepala MI6 Richard Moore mengatakan badan tersebut harus "menjadi lebih terbuka namun tetap menjaga kerahasiaan" di dunia perubahan teknologi yang tidak stabil. Moore menyampaikan pandangannya tentang ancaman saat ini pada hari Selasa dalam pidato publik pertamanya sejak menjabat sebagai kepala Dinas Intelijen Rahasia pada Oktober 2020.

Moore mengatakan potensi mengganggu kecerdasan buatan dan teknologi berkembang pesat lainnya adalah fokus bagi MI6.

“Menurut beberapa penilaian, kita mungkin mengalami lebih banyak kemajuan teknologi dalam 10 tahun ke depan daripada di abad terakhir, dengan dampak mengganggu yang setara dengan revolusi industri,” katanya.

“Sebagai masyarakat, kita belum menginternalisasi fakta nyata ini dan potensi dampaknya terhadap geopolitik global,” kata Moore seperti dilaporkan AFP, Selasa (30 November 2021).

“Musuh kita menuangkan uang dan ambisi untuk menguasai kecerdasan buatan, komputasi kuantum, dan biologi sintetis, karena mereka tahu bahwa menguasai teknologi ini akan memberi mereka pengaruh,” kata Moore.

Untuk menyesuaikan diri, kata Moore, intelijen Inggris “sekarang mengejar kemitraan dengan komunitas teknologi untuk membantu mengembangkan teknologi kelas dunia untuk memecahkan masalah misi terbesar kami.”

"Tidak seperti Q di film Bond, kami tidak bisa melakukan semuanya sendiri," tambah Moore, mengacu pada pembuat gadget MI6 fiksi dalam film thriller James Bond 007.

Moore mengatakan bekerja dengan sektor swasta adalah "perubahan besar" bagi sebuah organisasi yang bersifat rahasia. Hingga tahun 1992, pemerintah Inggris bahkan menolak untuk mengkonfirmasi keberadaan MI6. Organisasi tersebut secara bertahap menjadi lebih terbuka dalam beberapa tahun terakhir, bahkan mengizinkan publikasi sejarah resmi — meskipun hanya sampai tahun 1949.

MI6 mulai secara terbuka menamai pemimpinnya, yang menggunakan nama kode C, pada 1990-an.
 

Ancaman dari Rusia, China dan Iran

Moore juga menyebut Rusia, China dan Iran merupakan tiga ancaman terbesar bagi Inggris dalam dunia yang tidak stabil dan cepat berubah.

Menurutnya, tiga negara itu dan terorisme internasional merupakan "empat besar" masalah keamanan yang dihadapi mata-mata Inggris.

Moore menyatakan China adalah satu-satunya prioritas terbesar badan tersebut karena Beijing semakin menggunakan "tindakan yang berani dan menentukan" untuk mencapai kepentingannya.

Menyebut China "negara otoriter dengan nilai-nilai yang berbeda dari kita," Moore menambahkan, Beijing melakukan operasi spionase skala besar atas Inggris dan sekutu-sekutunya, berupaya mendistorsi wacana publik dan pengambilan keputusan politik, serta mengekspor teknologi yang memungkinkan kontrol di seluruh dunia.

Moore menyampaikan Inggris juga terus "menghadapi ancaman besar dari Rusia."

Ia mengatakan Moskow mensponsori percobaan pembunuhan, seperti meracuni mantan mata-mata Sergei Skripal di Inggris pada tahun 2018, meningkatkan serangan siber, dan upaya mengganggu proses demokrasi negara-negara lain.

Sedangkan Iran, kata Moore, juga merupakan ancaman besar, dan menggunakan kelompok politik dan militan Hizbullah "sebuah negara di dalam negara" untuk memicu gejolak politik di Lebanon dan negara-negara tetangga lainnya.[]