Skandal Mobil Pengintai Buatan Eks Tentara Israel Berbuntut Denda 1 Juta Dolar
Cyberthreat.id - Kantor Komisi Perlindungan Data Pribadi di Siprus mengumpulkan denda $ 1 juta dari perusahaan intelijen WiSpear karena mengumpulkan data seluler dari berbagai individu yang tiba di bandara di Larnaca.
Denda ini terkait dengan skandal yang mencuat pada pertengahan 2019 yang dikenal dengan kasus "mobil van pengintai."
Pada 2019, seperti dilaporkan Forbes, sebuah mobil van Chevrolet yang dikemas dengan peralatan senilai US$5 - 9 juta yang dapat meretas smartphone Android dan mencuri data termasuk pesan WhatsApp dan Signal, ditempatkan di dekat bandara Larnaca.
Mobil van telah berada di daerah itu selama berbulan-bulan ketika politisi di Siprus mengkritik pemerintah karena pasif tentang aktivitas kendaraan setelah melihat kemampuannya beraksi di dekat bandara dalam sebuah video dari Forbes.
Forbes sendiri setahun sebelumnya telah melaporkan tentang keberadaan mobil pengintai yang disebut-sebut mampu meretas iPhone dari jarak 500 meter, dan menyedot data-data penting di dalamnya.
Denda karena mengumpulkan MAC dan IMSI
Dalam siaran pers terbarunya, seperti dilansir Bleeping Computer, pengawas perlindungan data Siprus mengumumkan bahwa WiSpear membayar denda administrasi sebesar 925.000 euro untuk pelanggaran GDPR.
Irene Nicolaidou, Komisioner Perlindungan Data Pribadi di Siprus mengatakan bahwa van WiSpear mengumpulkan alamat Kontrol Akses Media (MAC) dan Identitas Pelanggan Seluler Internasional (IMSI) dari beberapa perangkat.
Alamat MAC adalah pengidentifikasi perangkat unik di jaringan, termasuk internet. Sementara IMSI adalah nomor 15 digit yang ditetapkan penyedia seluler ke terminal di jaringan seluler. Keduanya dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan melacak individu.
"Pengumpulan data itu dalam waktu yang cukup lama, tanpa diketahui oleh pemilik perangkat, merupakan pelanggaran terhadap asas legalitas, objektivitas dan transparansi," kata Nicolaidou
Menurutnya, fakta bahwa saat ditemukan, pengumpulan data masih berupa bagian dari "tes dan presentasi teknologi" dari perusahaan, merupakan faktor-faktor yang meringankan.
Mobil van pengintai senilai US$9 jutaKetika skandal "van mata-mata" pecah pada 2019, media lokal mengatakan bahwa polisi Siprus menyita kendaraan itu pada pertengahan November dan memulai penyelidikan beberapa bulan setelah jurnalis Forbes Thomas Brewster menerbitkan sebuah cerita tentang Tal Dilian, pemilik van dan CEO WiSpear.
Saat itu, WiSpear terdaftar di Limassol, Siprus. Dipimpin oleh Dilian, mantan perwira karir di Pasukan Pertahanan Israel (IDF), perusahaan ini mengkhususkan diri dalam menyediakan solusi keamanan dan intersepsi WiFi ujung ke ujung.
Peralatan di mobil van, tulis Brewster, terdiri dari kit pengawasan dan antena yang dapat melacak, menyusup, dan mengekstrak konten dari perangkat seluler, termasuk obrolan (Facebook, WhatsApp), teks, panggilan, atau kontak.
Tergantung pada kekuatan pengawasan yang dipasang, mobil van Dilian dapat menelan biaya hingga $9 juta. Itu setara Rp129 miliar.
Setelah menyita "van mata-mata", polisi juga menangkap tiga karyawan WiSpear, warga negara Siprus, atas 13 tuduhan mulai dari pelanggaran undang-undang privasi hingga pemrosesan data pribadi, dan melanggar ketentuan hukum komunikasi radio.
Mereka kemudian dibebaskan karena tidak ada alasan untuk menahan mereka.
Dalam pernyataan tentang penangkapan tersebut, WiSpear mengatakan bahwa karyawannya tidak bersalah dan memasang sistem WiFi di bandara Larnaca sebagai bagian dari perjanjian dengan operator Bandara Hermes, FinancialMirror melaporkan.
Namun, pemimpin partai AKEL saat itu mengaku memiliki informasi yang "sangat mengkhawatirkan" tentang individu yang terkait dengan kasus "van mata-mata".
Cara Kerja Mobil WiSpear
Saat mempromosikan produknya secara terbuka, tim WiSpear sempat mendemonstrasikan produk teknologi mata-mata miliknya dengan meminta salah satu orang pengguna smartphone Huawei untuk menjauh sejauh 500 meter dari mobil peretas cyber.
Hasilnya, dalam hitungan menit, smartphone Huawei milik orang tersebut terbobol.
Semua foto, nomor telpon, kontak panggilan, media sosial, video, pesan facebook, whatapps, dan informasi berharga yang ada didalam layar Huawei tampil juga di layar monitor di mobil tersebut walaupun berada secara jarak jauh.
Teknologi WiSpear menggunakan gelombang pancaran internet WiFi untuk menyerang, membobol dan meretas.
Tentang Tal Dilian, Pendiri WiSpear
Antara 1998 dan 2002, Dilan adalah seorang komandan layanan independen IDF yang disebut Unit 81 - untuk waktu yang lama sebuah divisi teknologi rahasia yang mengkhususkan diri dalam membangun teknologi paling canggih untuk tentara tempur dan mata-mata Israel.
Ciprus tampaknya menjadi pilihan tempat beroperasi lantaran hanya butuh 30 menit penerbangan dari Israel untuk sampai di negara pulau itu. Posisinya yang terpisah dari daratan mungkin juga menjadi pertimbangan lain.
Sebelum WiSpear, Dilan mendirikan Circles, perusahaan pengawasan yang bergabung dengan NSO, pembuat spyware Pegasus. Saat ini, ia menjalankan Intellexa, sebuah perusahaan yang menyediakan intelijen siber untuk lembaga penegak hukum dan intelijen.[]