Ponsel iPhone Aktivis Palestina Diretas Spyware Pegasus
Cyberthreat.id – Enam ponsel anggota lembaga swadaya masyarakat asal Palestina diretas dengan perangkat lunak spionase (spyware) "Pegasus" yang dikembangkan oleh perusahaan Israel NSO Group.
Menurut kelompok HAM asal Irlandia, Front Line Defenders, serangan siber awal terdeteksi sejak Juli 2020 dan terbaru terjadi pada April 2021. Namun, dalam laporannya, kelompok HAM tersebut tidak menyebutkan pemerintah mana pun di balik serangan.
LSM yang menjadi target, antara lain Addameer; Al-Haq; Defence for Children-Palestine; Union of Agricultural Work Committess; Bisan Centre for Research and Development; dan Union of Palestinian Women Committess.
Kelompok-kelompok tersebut oleh Menteri Pertahanan Israel Benny Gants ditetapkan sebagai “organisasi teroris” pada 19 Oktober lalu, tutur Front Line Defenders, dikutip dari Sputniknews, diakses Rabu (10 November 2021).
Sebutan “organisasi teroris” dianggap kelompok HAM tersebut sebagai dalih untuk meretas telepon para aktivis.
Laporan Front Line Defenders menyebutkan, dari 75 ponsel milik aktivis pro-Palestina yang diselidiki, hanya enam ponsel yang terdeteksi diretas. Informasi ini dikuatkan oleh Lab Keamanan Amnesty International dan Citizens Lab, keduanya telah berpengalaman dalam mengidentifikasi dan mengungkap kasus Pegasus.
Penyelidikan enam ponsel pintar tersebut, seluruhnya iPhone, dimulai bulan lalu setelah Front Line Defenders dikontak oleh LSM berkantor pusat di Ramallah, Al-Haq tentang kemungkinan ada peretasan ponsel.
Ini bukan pertama spyware militer itu menjadi berita utama. Sebelumnya, 17 organisasi media yang melakukan investigasi menemukan bahwa Pegasus dipakai untuk memata-matai jurnalis, aktivis, pengacara, dan lain-lain. Bahkan, Presiden Prancis Emmanuel Macron juga diduga menjadi target spyware ini. (Baca: Menlu Israel: Pemerintah Tak Terkait dengan Produsen Spyware Pegasus)
“Teknologi ini tidak hanya telah diekspor ke negara-negara yang memfasilitasi pelanggaran hak asasi manusia, seperti Arab Saudi dan Meksiko, tetapi juga digunakan secara lokal dan dalam beberapa kasus terhadap nomor [telepon] Israel, sesuatu yang sebelumnya diklaim oleh NSO Group tidak mungkin," tulis kelompok HAM tersebut, dikutip dari CNN.
Merespons hal itu, NSO Group mengatakan: "Karena pertimbangan kontrak dan keamanan nasional, kami tidak dapat mengonfirmasi atau menyangkal identitas pelanggan pemerintah kami. Seperti yang kami nyatakan di masa lalu, NSO Group tidak mengoperasikan produk itu sendiri; lisensi perusahaan disetujui lembaga pemerintah. untuk melakukannya, dan kami tidak mengetahui rahasia individu yang diawasi," kata perusahaan.
NSO Group mengatakan spyware-nya membantu "badan penegak hukum dan intelijen di seluruh dunia untuk membela masyarakat dari kejahatan dan teror serius."
Pekan lalu, Bersama Candiru Israel, Positive Technologies, dan Computer Security Initiative Consultancy, NSO Group masuk dalam perusahaan “daftar hitam” AS. Departemen Perdagangan AS menuding keempat perusahaan terlibat dalam “kegiatan yang bertentangan dengan kepentingan keamanan nasional atau kebijakan luar negeri Amerika Serikat.”
NSO Group dan Candiru “mengembangkan dan memasok spyware ke pemerintah asing yang menggunakan alat ini untuk secara jahat menargetkan pejabat pemerintah, jurnalis, pebisnis, aktivis, akademisi, dan pekerja kedutaan.” [] (Baca: Jual Spyware, Amerika Sanksi NSO Grup, Candiru Israel dan Perusahaan Singapura)