Sepertiga Masalah Cyber di Indonesia Adalah SDM
Jakarta, Cyberthreat.id - Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Letjen (purn) Hinsa Siburian mengatakan bahwa 30 persen masalah cyber di Indonesia berkaitan dengan Sumber Daya Manusia (SDM).
Menurut dia, masalah peralatan dan teknologi hanya sekitar 20 persen, sedangkan sisanya 50 persen adalah proses di dalam dinamika ruang cyber itu sendiri.
"Bahwa sebenarnya yang ingin dibangun BSSN adalah manusia-manusia yang ada di dalamnya itu," kata Hinsa Siburian saat launching Govt-CSIRT di Ancol, Jakarta, Rabu (10 Juli 2019).
Pentingnya SDM, kata dia, adalah karena teknogi di bidang cyber cepat berkembang dan terus maju. Kalau bergantung teknologi ke luar negeri, Hinsa mengingatkan bahwa Indonesia hanya akan menjadi objek pasar atau konsumen saja.
Indonesia memiliki banyak talenta dan kemampuan cyber yang bisa dijadikan sebagai aset bangsa. SDM juga menjadi satu-satunya jalan bagaimana Indonesia berdaulat cyber serta punya kemampuan dan kekuatan sendiri.
"Kita itu punya banyak SDM jago. Kita punya sumber daya dan banyak aset SDM kita itu dipakai di luar negeri," ujarnya.
Riset dan Pengembangan Cyber
Dengan kondisi tersebut Hinsa mengakui cyber Indonesia tertinggal dibandingkan negara tetangga. Sebut saja Singapura dan Malaysia yang cyber nya sudah sangat maju.
Bahkan kedua negara itu telah memiliki perangkat hukum dan undang-undang yang mengatur ruang cyber hingga program meningkatkan kuantitas dan kualitas talenta cyber semenjak anak-anak.
"Kita akui memang cyber Indonesia masih tertinggal. Kita juga kurang riset dan pengembangan, sedangkan BSSN ini kan lembaganya masih baru. Kita terus membangunnya karena harapan terhadap badan siber ini besar sekali," kata dia.
Selain mengamankan Infrastruktur Informasi Kritikal Nasional (IIKN) yang berkaitan dengan hajat hidup orang banyak, Indonesia juga harus mampu untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya melalui ruang cyber.
Transaksi bisnis di ruang cyber, era digitalisasi, Internet of Things (IoT), Artificial Intelligence dan sebagainya menggambarkan bagaimana potensi ekonomi digital luar biasa besar ke depan bagi dunia global.
"Bagaimana kita mengawasi dan menjaga cyber untuk kesejahteraan dan kemakmuran? Ini adalah pertanyaan besar. Saya kasih contohnya saja soal pajak transaksi digital. Itu bagaimana."