Startup Cybersecurity di Indonesia Masih Minim
Jakarta, Cyberthreat.id – Di era internet yang semakin masif, kebutuhan terhadap keamanan juga tinggi. Sayangnya, saat ini masih sedikit dukungan perusahaan cybersecurity di Indonesia.
Belum lagi dari sisi sumber daya manusianya juga belum memadai. Padahal, sektor cybersecurity tersebut sangat dibutuhkan baik instansi pemerintah maupun swasta untuk saat ini.
Demikian disampaikan Direktur Program Appcelerate dari Linstasarta, Ryo Naldho, di Jakarta, Rabu (10 Juli 2019). Lintasarta adalah perusahaan penyedia komunikasi data, internet, dan servis teknologi informasi.
Menurut Ryo, selama penyelenggaraan Lintasarta Appclerate belum pernah menemui peserta yang membawa ide mengenai cybersecurity.
“Selama ini yang kami temui selalu soal Internet of Things (IoT) dan fintech. Padahal tiap tahun kami ingin menemukan yang berbeda. Soal cybersecurity belum pernah kami temui,” ujar Aldo, sapaan akranya.
Ia mengajak seluruh kalangan masyarakat untuk bisa bergabung di program Lintasarta Appcelerate 4 yang dimulai tahun ini. Ia berharap tahun ini ada yang membawa konsep cybersecurity.
Sejauh ini hasil karya anak negeri yang telah diadopsi pemerintah dan industri swasta seperti Kazee, Halofina, Biops, Cityplan, dan Readydok.
Sejak 2016, perusahaan telah menjaring startup-startup melalui program Lintasarta Appclerate.
Program itu dilaksanakan dalam kurun waktu kurang lebih setahun, mulai proses seleksi, bootcamp, inkubasi, demo day, akselerasi, dan enablement dengan Lintasarta untuk menjalankan proses komersialisasi.
Total perserta yang mengikuti program ini sejak pertama kali lebih dari 30 startup yang dijaring di tiga universitas, yaitu Institut Teknologi Bandung, Universitas Gajah Mada, dan Institut Sepuluh November Surabaya.
Redaktur: Andi Nugroho