Karyawan Microsoft Cenderung Khawatir Bekerja Jarak Jauh, Ini Alasannya

Microsoft | Foto; techcrunch.com

Cyberthreat.id – Sebuah riset yang diterbitkan di Jurnal Nature Human Behavior belum lama ini memperlihatkan bahwa karyawan Microsoft di Amerika Serikat cenderung kurang meminati bekerja jarak jauh (work from home/WFH).

Menurut respoden yang berjumlah 61.100 orang, bekerja secara jarak jauh sepanjang pandemi Covid-19 tahun lalu justru menghilangkan komunikasi dan kolaborasi antartim yang berbeda di satu perusahaan.

“Tim menjadi lebih tertutup dan memiliki lebih sedikit waktu berkomunikasi dengan orang-orang di luar tim secara langsung dalam beberapa bulan setelah perusahaan menginstruksikan karyawannya bekerja dari rumah pada Maret 2020,” demikian laporan riset itu dikutip dari ZDNet, diakses Jumat (24 September 2021).

Riset juga menunjukkan bahwa pertukaran informasi juga terhambat karena perubahan metode komunikasi dari offline menjadi online. Hal ini menyebabkan sedikit informasi yang dibagikan antar rejan kerja secara waktu nyata (real time), tapi lebih banyak dibagikan secara asinkron (tidak simultan) yang kurang mendalam.

Secara keseluruhan, riset tersebut juga menyimpulkan bahwa karyawan cenderung “tidak menciptakan dan memelihara hubungan dengan rekan kerja yang bekerja di unit bisnis Microsoft yang berbeda”—berarti mereka juga cenderung tidak menemukan dan berbagi informasi baru di seluruh organisasi.

Terisah, dalam unggahan di blog Microsoft, peneliti perusahaan perangkat lunak itu juga mengatakan, kerja jarak jauh pada tahun lalu menyebabkan jumlah waktu yang dihabiskan pekerja untuk berkolaborasi dengan kelompok lain turun 25 persen.

“Mengingat temuan ini, perusahaan perlu mengambil tindakan proaktif untuk mencoba membantu pekerja memperoleh dan berbagi informasi baru di seluruh kelompok, sehingga produktivitas dan inovasi tidak terpengaruh,” kata peneliti.

Riset itu keluar setelah banyak perusahaan mulai mempertimbangkan rencana kembali ke kantor. Sejak tahun lalu, banyak perusahaan telah mengumumkan rencana untuk melanjutkan bekerja secara jarak jauh tanpa batas waktu, termasuk Twitter, Facebook, Slack, Salesforce, dan Quora.

Pendukung kerja jarak jauh berpendapat bahwa tim tidak perlu bertatap muka satu sama lain selama delapan jam sehari, lima hari sepekan untuk menyelesaikan pekerjaan. Terlebih, fakta menunjukkan bahwa bekerja dari rumah secara efektif mengurangi waktu perjalanan, menghilangkan gangguan kantor, dan membantu memulihkan keseimbangan kerja/kehidupan.

"Karena pekerjaan jarak jauh dan hibrida cenderung bertahan, bahkan setelah pandemi berakhir, sangat penting untuk memahami bagaimana kebijakan ini memengaruhi cara orang berkolaborasi satu sama lain," kata Microsoft.

Studi Microsoft tersebut tak luput dari kritik, salah satunya, menyoroti periode pengumpulan data (Desember 2019 hingga Juni 2020) yang dinilai tidak mencerminkan kerja jarak jauh dalam keadaan normal.

Sejak peralihan kerja jarak jauh, raksasa perangkat lunak itu dengan cepat memperluas penawaran teknologi kolaboratif mereka. Microsoft Teams telah menjadi penghasil pendapatan besar bagi Microsoft sejak perusahaan berbondong-bondong ke rapat video.

Microsoft juga terus mendorong pembaruan baru untuk aplikasi komunikasi dan kolaborasinya yang bertujuan untuk menjembatani kesenjangan antara komunikasi jarak jauh dan tatap muka. Dengan pemikiran ini, temuan terbaru Microsoft justru menunjukkan, meski ada teknologi baru, bekerja  jarak jauh masih terus berkembang.[]