Lebih dari 5.800 Orang Terdampak Serangan Ransomware ke Colonial Pipeline

Colonial Pipeline. | Foto: Arsip farmvilleherald.com

Cyberthreat.id – Colonial Pipeline sejak insiden serangan ransomware DarkSide pada Mei lalu telah mengirimkan surat pemberitahuan kepada 5.810 karyawan dan eks karyawan yang informasi pribadinya terkena dampak serangan siber tersebut.

Perusahaan yang mengoperasikan pipa bahan bakar di sepanjang Pantai Timur, Amerika Serikat tersebut mengakui dalam surat tertanggal 13 Agustus 2021 bahwa pada tanggal 6 Mei perusahaan telah disusupi oleh ransomware dan peretas telah memperoleh catatan tertentu di server mereka.


Berita Terkait:


Catatan tersebut berupa informasi pribadi, seperti nama, informasi kontak, tanggal lahir, identitas yang dikeluarkan pemerintah (seperti Jaminan Sosial, nomor identitas militer, nomor identitas pajak, dan nomor SIM), serta informasi kesehatan, seperti informasi asuransi kesehatan.

Namun, “Tidak semua informasi itu terpengaruh bagi setiap individu yang terkena dampak,” demikian surat pemberitahuan itu, dikutip dari ZDNet, diakses Rabu (18 Agustus 2021).

Menyikapi dampak peretasan, perusahaan juga menawarkan kepada korban pemulihan identitas dan layanan pemantauan kredit dari Experian selama dua tahun tanpa dipungut biaya alias gratis.

Colonial Pipeline meminta para korban untuk segera memeriksa laporan kreditnya apakah terdapat aktivitas mencurigakan atau tidak.

Serangan terhadap Colonial Pipeline, yang membuat sebagian besar Pantai Timur tanpa bahan bakar selama beberapa hari, memicu perubahan cepat di tubuh pemerintahan Presiden Joe Biden dalam merespons serangan ransomware secara umum. Sejak serangan itu, beberapa peraturan baru telah dirilis untuk industri kritis, termasuk industri minyak dan gas.

Colonial Pipeline mengakui telah membayar uang tebusan sebesar US$4,4 juta kepada kelompok DarkSide karena khawatir krisis bahan bakar. Namun, tak lama setelah pembayaran itu, FBI dan aparat penegak hukum AS berhasil mendapatkan kembali sebagian uang tebusan itu.

Sejak kasus itu, aparat hukum mengejar geng peretas tersebut, hingga akhirnya mereka menutup operasi dan beberapa anggota peretas memilih beroperasi di bawah nama baru: BlackMatter.[]